Chein Ibnu Ahmad 27 Januari jam 17:38

Untuk hal ini saya sepakat dengan pendapat Habib Munzir Al
Musawa bahwa kedua orangtua Rasulullah SAW adalah
termasuk ahlul fatrah (masa kekosongan kerasulan), dan mereka
adalah masih terhitung pengikut millat Ibrahim as yang hanif.
Memang saat itu sudah ada Nabi Isa as, namun Nabi Isa as itu
diutus untuk bani isirail saja. Yang diutus untuk seluruh umat
manusia adalah Rasulullah SAW.
Lengkapnya begini:
Dalil golongan yang menyatakan orang tua Nabi masuk neraka
adalah hadits riwayat Imam Muslim dari Hammad :
َّنَأ اًلُجَر َلاَق اَي َلوُسَر ِهَّللا َنْيَأ يِبَأ
َلاَق يِف ِراَّنلا اَّمَلَف ىَّفَق ُهاَعَد َلاَقَف
َّنِإ يِبَأ َكاَبَأَو يِف ِراَّنلا
Bahwasanya seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah “ Ya,
Rasulullah, dimana keberadaan ayahku ?, Rasulullah menjawab :
“ dia di neraka” . maka ketika orang tersebut hendak beranjak,
rasulullah memanggilnya seraya berkata “ sesungguhnya
ayahku dan ayahmu di neraka “.
Imam Suyuthi menerangkan bahwa Hammad perowi hadits di
atas diragukan oleh para ahli hadits dan hanya diriwayatkan oleh
Imam Muslim. Padahal banyak riwayat lain yang lebih kuat
darinya seperti riwayat Ma ’mar dari Anas, al-Baihaqi dari Sa’ad
bin Abi Waqosh :
“ َّنِا اًّيِباَرْعَا َلاَق ِلْوُسَرِل هللا َنْيَا
يِبَا َلاَق يِف ِراَّنلا َلاَق َنْيَأَف َكْوُبَا
َلاَق اَمُثْيَح َتْرَرَم ِرْبَقِب ٍرِفاَك
ُهْرِّّشَبَف ِراَّنلاِب ”
Sesungguhnya A’robi berkata kepada Rasulullah SAW “ dimana
ayahku ?, Rasulullah SAW menjawab : “ dia di neraka”, si A’robi
pun bertanya kembali “ dimana Ayahmu ?, Rasulullah pun
menawab “ sekiranya kamu melewati kuburan orang kafir,
maka berilah kabar gembira dengan neraka “
Riwayat di atas tanpa menyebutkan ayah Nabi di neraka.
Ma’mar dan Baihaqi disepakati oleh ahli hadits lebih kuat dari
Hammad, sehingga riwayat Ma’mar dan Baihaqi harus
didahulukan dari riwayat Hammad.
Dalil mereka yang lain hadits yang berbunyi :
َتْيَل يِرْعِش اَم َلَعَف َياَوَبَأ
Demi Allah, bagaimana keadaan orang tuaku ?
Kemudian turun ayat yang berbunyi :
{ اَّنِإ َكاَنْلَسْرَأ ِّقَحْلاِب ًارْيِشَب
ًارْيِذَنَو اَلَو ُلَأْسُت ْنَع ِباَحْصَأ
مْيِحَجْلا }
Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan
kebenaran; sebagai pembawa berita gembira dan pemberi
peringatan, dan kamu tidak akan diminta (pertanggungan
jawab) tentang penghuni-penghuni neraka.
Bantahan :
Ayat itu tidak tepat untuk kedua orang tua Nabi karena ayat
sebelum dan sesudahnya berkaitan dengan ahlul kitab, yaitu :
اَي يِنَب َليِئاَرْسِإ اوُرُكْذا َيِتَمْعِن يِتَّلا
ُتْمَعْنَأ ْمُكْيَلَع اوُفْوَأَو يِدْهَعِب ِفوُأ
ْمُكِدْهَعِب َياَّيِإَو ِنوُبَهْراَف
Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku
anugerahkan kepadamu, dan penuhilah janjimu kepada-Ku,
niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu; dan hanya kepada-Ku-
lah kamu harus takut (tunduk) (Q.S. Albaqarah : 40)
sampai ayat 129 :
ِذِإَو ىَلَتْبا َميِهاَرْبِإ ُهُّبَر ٍتاَمِلَكِب
َّنُهَّمَتَأَف َلاَق يِّنِإ َكُلِعاَج ِساَّنلِل
اًماَمِإ َلاَق ْنِمَو يِتَّيِّرُذ َلاَق اَل ُلاَنَي
يِدْهَع َنيِمِلاَّظلا
Semua ayat-ayat itu menceritakan ahli kitab (yahudi).
Bantahan di atas juga diperkuat dengan firman Allah SWT :
اَمَو اَّنُك َنيِبِّذَعُم ىَّتَح َثَعْبَن اًلوُسَر
“dan Kami tidak akan meng’azab sebelum Kami mengutus
seorang rasul.”
Kedua orang tua Nabi wafat pada masa fatrah (kekosongan dari
seorang Nabi/Rosul). Berarti keduanya dinyatakan selamat. Dan
pendapat ini cukup adil, lantaran secara nalar tentu kita tidak bisa
menerima bila seseorang dimasukkan ke dalam neraka, padahal
Tidak ada seorang nabi pun yang mengajarkan agama kepada
mereka.
Imam Fakhrurrozi menyatakan bahwa semua orang tua para
Nabi muslim. Dengan dasar berikut :
* Al-Qur’an surat As-Syu’ara’ : 218-219 :
يِذَّلا َكاَرَي َنيِح ُموُقَت * َكَبُّلَقَتَو يِف
َنيِدِجاَّسلا
Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk sembahyang),
dan (melihat pula) perobahan gerak badanmu di antara orang-
orang yang sujud.
Sebagian ulama’ mentafsiri ayat di atas bahwa cahaya Nabi
berpindah dari orang yang ahli sujud (muslim) ke orang yang
ahli sujud lainnya.
Adapun Azar yang secara jelas mati kafir, sebagian ulama’
menyatakan bukanlah bapak Nabi Ibrohim yang sebenarnya
tetapi dia adalah bapak asuhNya dan juga pamanNya.
* Hadits Nabi SAW :
لاق لوسر هللا )) مل لزا لقنا نم بالصا نيرهاطلا ىلا
ماحرا تارهاطلا ))
“ aku (Muhammad SAW) selalu berpindah dari sulbi-sulbi laki-
laki yang suci menuju rahim-rahim perempuan yang suci pula”
Jelas sekali Rasulullah SAW menyatakan bahwa kakek dan nenek
moyang beliau adalah orang-orang yang suci bukan orang-
orang musyrik karena mereka dinyatakan najis dalam Al-
Qur ’an. Allah SWT berfirman :
اَي اَهُّيَأ َنيِذَّلا اوُنَمَآ اَمَّنِإ
َنوُكِرْشُمْلا ٌسَجَن
“Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya orang-orang
yang musyrik itu najis”
Penjelasan Habib Munzir Al Musawa mengenai HR Muslim dari
Hammad (tentang hadits ayahku dan ayahmu di neraka) adalah
bahwa dalam kaidah bahasa Arab, panggilan ayah itu TIDAK
SELALU bermakna ayah biologis / bapak kandung. Dalam kaidah
bahasa Arab, paman dan kakek juga dipanggil "Ayah".
Menurut Habib Munzir, Ayah Nabi Ibrahim tidak masuk neraka,
karena Azar adalah paman Nabi Ibrahim as, dan ayahnya
menurut sebuah riwayat bernama Tairukh (saya lupa kitabnya).
Berkaitan dgn HR Muslim dari Hammad, maka Hadits ini
merujuk kepada Abu Thalib, paman Nabi SAW yang menolak
bersyahadat walau sangat melindungi Nabi SAW.
Tapi Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, seorang mufti al haramain yg
sezaman dgn Muhammad Bin Abdul Wahab, berpendapat Abu
Thalib tidak kafir. Wallahu 'alam. Tapi yang jelas semua ulama
aswaja SEPAKAT KALO ORTU NABI SAW KEDUANYA TIDAK
KAFIR.
Tambahan :
ada juga yang menyebutkan bahwa dasar ortu Rasulullah SAW
kafir adalah karena beliau SAW tidak diizinkan untuk
memintakan ampunan buat kedua orang tuanya berdasarkan
riwayat Hadits :
ىور ملسم نأ يبنلا ـ ىلص هللا هيلع ملسو ـ لاق:
ُتْنذأتسا يِّبر نأ رفغتسأ يِّمأل ملف نذأي يل،
هتنذأتساو يف نأ َروزأ اهربق نذأف
يل
Rasulullah SAW bersabda, Aku meminta izin kepada Tuhanku
untuk memintakan ampunan buat ibuku, namun Dia tidak
mengizinkan Aku. Aku meminta izin untuk menziarahi
kuburnya, aku pun diizinkan.
Kalau kita pahami sekilas memang ada kesan bahwa ibunda nabi
SAW itu tidak masuk surga. Sebab Rasulllah SAW sampai
memerlukan memintakan ampunan atasnya. Dan ternyata
permintaan itu tidak dikabulkan Allah SWT.
Karenadasar pemikiran di atas ini, menyebabkan ada yang
berkesimpulan bahwa kalau begitu ibunda nabi SAW itu bukan
muslim, tidak pernah bersyahadat dan mati dalam keadaan
kafir. Sebab saat wafat, nabi Muhammad SAW belum lagi
menjadi nabi.
Namun kesimpulan pendapat kedua ini ditentang oleh ulama
aswaja. Mereka menolak bila hadits itu disimpulkan dengan cara
demikian. Kalau Allah SWT tidak memperkenankan Rasulullah
SAW
memintakan ampunan untuk kedua orang tua, tidak berarti
orang tuanya bukan muslim. Sebagaimana ketika Rasulullah
SAW tidak menshalatkan jenazah yang masih punya hutang,
sama sekali tidak menunjukkan bahwa jenazah it mati dalam
keadaan kafir.
Adapun larangan Allah SWT untuk memintakan ampunan
orang kafir adalah semata-mata karena orang itu sudah diajak
masuk Islam, namun tetap membangkang dan akhirnya tidak
sempat masuk Islam dan mati dalam keadaan kafir. Sedangkan
kedua orang tua nabi SAW sama sekali belum pernah
membangkang atau mengingkari dakwah. Sebab mereka
ditakdirkan Allah SWT
untuk hidup sebelum masa turunnya wahyu (ahlul fatrah)

KAJIAN FIQIH TENTANG AIR MAZ, MANI DAN WADI

Mengenal Mani, Wadi dan Madzi. (fiqih) semoga cukup menjelaskan. baca dengan teliti, semoga manfaat dan silahkan di SHARE (Belajar Adab Adab Sunnah Rasulullah saw)

Mungkin kita masih tersa asing dengan apa itu Mani, Wadi dan Madzi, semoga ini cukup menjelaskan.



Mani

Mani adalah cairan berwarna putih yang keluar memancar dari kemaluan, biasanya keluarnya cairan ini diiringi dengan rasa nikmat dan dibarengi dengan syahwat. Mani dapat keluar dalam keadaan sadar (seperti karena berhubungan suami-istri) ataupun dalam keadaan tidur (biasa dikenal dengan sebutan “mimpi basah”). Keluarnya mani menyebabkan seseorang harus mandi besar / mandi junub. Hukum air mani adalah suci dan tidak najis ( berdasarkan pendapat yang terkuat). Apabila pakaian seseorang terkena air mani, maka disunnahkan untuk mencuci pakaian tersebut jika air maninya masih dalam keadaan basah. Adapun apabila air mani telah mengering, maka cukup dengan mengeriknya saja. Hal ini berdasarkan perkataan Aisyah, beliau berkata “Saya pernah mengerik mani yang sudah kering yang menempel pada pakaian Rasulullah dengan kuku saya.” (HR. Muslim)

Wadi

Wadi adalah air putih kental yang keluar dari kemaluan seseorang setelah kencing. Keluarnya air wadi dapat membatalkan wudhu. Wadi termasuk hal yang najis. Cara membersihkan wadi adalah dengan mencuci kemaluan, kemudian berwudhu jika hendak sholat. Apabila wadi terkena badan, maka cara membersihkannya adalah dengan dicuci.

Madzi

Madzi adalah air yang keluar dari kemaluan, air ini bening dan lengket. Keluarnya air ini disebabkan syahwat yang muncul ketika seseorang memikirkan atau membayangkan jima’ (hubungan seksual) atau ketika pasangan suami istri bercumbu rayu (biasa diistilahkan dengan foreplay/pemanasan). Air madzi keluar dengan tidak memancar. Keluarnya air ini tidak menyebabkan seseorang menjadi lemas (tidak seperti keluarnya air mani, yang pada umumnya menyebabkan tubuh lemas) dan terkadang air ini keluar tanpa disadari (tidak terasa). Air madzi dapat terjadi pada laki-laki dan wanita, meskipun pada umumnya lebih banyak terjadi pada wanita. Sebagaimana air wadi, hukum air madzi adalah najis. Apabila air madzi terkena pada tubuh, maka wajib mencuci tubuh yang terkena air madzi, adapun apabila air ini terkena pakaian, maka cukup dengan memercikkan air ke bagian pakaian yang terkena air madzi tersebut, sebagaimana sabda Rasulullah terhadap seseorang yang pakaiannya terkena madzi, “cukup bagimu dengan mengambil segenggam air, kemudian engkau percikkan bagian pakaian yang terkena air madzi tersebut.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan Ibnu Majah dengan sanad hasan). Keluarnya air madzi membatalkan wudhu. Apabila air madzi keluar dari kemaluan seseorang, maka ia wajib mencuci kemaluannya dan berwudhu apabila hendak sholat. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah, “Cucilah kemaluannya, kemudian berwudhulah.” (HR. Bukhari Muslim)

Sang Pecinta oleh Buya Najla pada 02 Juni 2010 jam 12:54

Dahulu di sebuah kota di Madura, ada seorang nenek tua penjual bunga cempaka. Ia menjual bunganya di pasar, setelah berjalan kaki cukup jauh.

Usai jualan, ia pergi ke masjid Agung di kota itu. Ia berwudhu, masuk masjid, dan melakukan salat Zhuhur. Setelah membaca wirid sekedarnya, ia keluar masjid dan membungkuk-bungkuk di halaman masjid. Ia lalu mengumpulkan dedaunan yang berceceran di halaman masjid. Selembar demi selembar dikaisnya. Tidak satu lembar pun ia lewatkan. Tentu saja agak lama ia membersihkan halaman masjid dengan cara itu. Padahal matahari Madura di siang hari sungguh menyengat. Keringatnya membasahi seluruh tubuhnya.

Banyak pengunjung masjid jatuh iba kepadanya. Pada suatu hari Takmir masjid memutuskan untuk membersihkan dedaunan yang ada sebelum perempuan tua itu datang.

Pada hari itu, ia datang dan langsung masuk masjid. Usai salat, ketika ia ingin melakukan pekerjaan rutinnya, ia terkejut. Tidak ada satu pun daun terserak di situ. Ia kembali lagi ke masjid dan menangis dengan keras. Ia mempertanyakan mengapa daun-daun itu sudah disapukan sebelum kedatangannya. Orang-orang menjelaskan bahwa mereka kasihan kepadanya.

“Jika kalian kasihan kepadaku,” kata nenek itu, “Berikan kesempatan kepadaku untuk membersihkannya.”

Singkat cerita, nenek itu dibiarkan mengumpulkan dedaunan seperti biasa. Seorang kiai terhormat diminta untuk menanyakan kepada perempuan itu mengapa ia begitu bersemangat membersihkan dedaunan itu. Perempuan tua itu mau menjelaskan sebabnya dengan dua syarat: pertama, hanya Kiai yang mendengarkan rahasianya; kedua, rahasia itu tidak boleh disebarkan ketika ia masih hidup. Sekarang ia sudah meniggal dunia, dan Anda dapat mendengarkan rahasia itu.

“Saya ini perempuan bodoh, pak Kiai,” tuturnya. “Saya tahu amal-amal saya yang kecil itu mungkin juga tidak benar saya jalankan. Saya ini tidak mungkin selamat pada hari akhirat tanpa syafaat dari Kanjeng Nabi Muhammad. Setiap kali saya mengambil selembar daun, saya ucapkan satu salawat kepada Rasulullah. Kelak jika saya mati, saya ingin Kanjeng Nabi menjemput saya. Biarlah semua daun itu bersaksi bahwa saya membacakan salawat kepadanya.”

Kisah yang diceriterakan oleh seorang Kiai Madura, D. Zawawi Imran, ini bisa membuat bulu kuduk kita merinding. Perempuan tua dari kampung itu bukan saja mengungkapkan cinta Rasul dalam bentuknya yang tulus. Ia juga menunjukkan kerendahan hati, kehinaan diri, dan keterbatasan amal dihadapan Allah swt. Lebih dari itu, ia juga memiliki kesadaran spiritual yang luhur: Ia tidak dapat mengandalkan amalnya. Ia sangat bergantung pada rahmat Allah. Dan siapa lagi yang menjadi rahmat semua alam selain Rasulullah saw?

” Allahumma Shollii Alaa Sayyidina Muhammad wa ‘Alaa Aali Sayyidina Muhammad ”

FENIKS oleh Buya Najla pada 13 Agustus 2010 jam 9:03

FENIKS
Feniks seekor burung yang mengagumkan dan indah, hidup di India. Ia tak punya jodoh dan hidup sendirian. Paruhnya, yang amat panjang dan keras, dilubangi bagai seruling dengan hampir seratus lubang. Setiap lubang itu mengeluarkan suara dan dalam setiap suara itu ada kerahasiaan tersendiri. Kadang ia memperdengarkan musik lewat lubang-lubang itu, dan bila burung-burung dan ikan-ikan mendengar lagunya yang sayu merdu itu, mereka pun terbangkit, dan hewan-hewan paling ganas pun terharu; kemudian mereka semua terdiam. Seorang filsuf suatu kali menengok burung ini dan belajar dari dia tentang ilmu musik. Feniks itu hidup sekitar seribu tahun dan ia tahu pasti akan hari kematiannya. Bila saatnya tiba, ia kumpulkan di seputarnya sejumlah daun-daun palma, dan kebingungan di antara daun-daun itu, ia pun melengkingkan jeritan-jeritan yang sayu. Dari lubang-lubang dalam paruhnya dipancarkannya beragam lagu, dan musik ini terangkat dari dasar hatinya. Ratapan-ratapannya menyatakan dukacita kematian, dan ia pun menggigil bagai sehelai daun. Mendengar terompetnya burung-burung dan hewan-hewan mendekat untuk memberikan bantuan pada peristiwa besar ini. Kini mereka pun menjadi bingung, dan banyak yang mati karena kehilangan tenaga. Sementara feniks itu masih bernafas, dikepak-kepakkannya sayapnya dan dikerutkannya bulu-bulunya, dan dengan demikian ia memancarkan api. Api itu menjalar ke daun-daun palma, dan segera daun-daun dan burung itu pun menjadi bara yang hidup dan kemudian menjadi abu. Tetapi ketika bunga-api penghabisan telah padam, seekor feniks kecil yang baru timbul dari abu itu.
Pernahkah terjadi pada siapa pun peristiwa dilahirkan kembali sesudah mati itu? Andaikan kau hidup sama lamanya dengan feniks itu sekalipun, namun kau akan mati juga bila kadar hidupmu sudah ditentukan. Hidup feniks yang seribu tahun itu penuh dengan ratapan dan ia tinggal sendirian tanpa kawan dan anak, dan tak berhubungan dengan siapa juga. Ketika saat akhir itu tiba, ia membuang abunya sama sekali, sehingga dapatlah kauketahui bahwa tiada siapa pun dapat menghindari kematian, meski ia mempergunakan muslihat apa pun. Maka ambil pelajaran dari keajaiban feniks itu. Maut ialah tiran, namun kita harus selalu ingat akan maut itu. Dan meskipun banyak yang mesti kita derita, namun tak ada yang dapat dibandingkan dengan keadaan hendak mati itu.

Perasaan Ummat oleh Buya Najla pada 23 Desember 2010 jam 9:34

Umat ini telah terbentuk dengan penuh susah payah. Untuk menjadikan umat ini, Rasulullah saw. dan Sahabat-Sahabat r.anhum telah banyak berusaha dan menanggung penderitaan. Musuh-musuh Islam yakni Yahudi dan Nasrani telah sentiasa berusaha supaya orang-orang Islam tidak ada sebagai satu umat, bahkan berpecah belah.

Hari ini orang-orang Islam sudah kehilangan sifat umat. Ketika dahulu, semasa mereka hidup sebagai satu umat, hanya dengan bilangan mereka beratus ribu orang sudah cukup untuk menguasai satu dunia. Mereka pada masa itu tidak mempunyai sesuatu. walaupun sebuah rumah dari batu bata. Masjid pun tidak dibina dengan batu bata. Lampu pun tidak dinyalakan di dalam masjid. Lampu telah dinyalakan di dalam Masjid Nabawi hanya selepas sembilan tahun sesudah Hijrah.

Sementara itu, kira-kira seluruh kaum Arab telah memeluk agama Islam. Manusia dari pelbagai kaum, yang bercakap dalam berbagai-bagai bahasa, dan dari berbagai-bagai kabilah telah menjadi satu umat yang bersatu-padu. Apabila kesemua perkara telah diselesaikan, maka barulah lampu telah dinyalakan di dalam Masjid Nabawi. Tetapi cahaya dari lampu hidayat telah dibawa oleh Baginda Rasulullah saw. sudah tersebar ke seluruh tanah Arab, bahkan ke kawasan-kawasan di luar daripadanya juga. Umat sudah terbentuk. Selepas itu umat telah bangun dan ke mana saja mereka tuju, maka negara demi negara telah jatuh di bawah kaki mereka.


Umat ini telah dibentuk secara begini; iaitu, tidak seorang pun di kalangan umat ini menjadi pembantu kepada keluarganya, bangsanya, saudara-maranya, kaumnya, tanahnya; tidak seorang pun yang menjadikan tujuannya mengawasi harta-benda atau anak-isteri; tetapi setiap seorang di kalangan mereka hanya melihat apakah kehendak Allah dan RasulNya. Pada zaman orang-orang Islam hidup sebagai satu umat, di mana-mana pun jika seorang Islam dibunuh, maka seluruh umat telah terkesan, bersimpati dan merasai kepedihan. Kini beribu-ribu dan berjuta-juta orang Islam telah disembelih tetapi kita tidak merasai apa-apa jua.

Umat bukanlah nama satu kaum atau satu golongan manusia yang bermukim di satu kawasan. Tetapi beratus-ratus bahkan beribu-beribu kaum yang tinggal di kawasan yang berlainan bersatu-padu menjadi satu umat. Sesiapa yang menganggap bahawa dia berasal daripada sesuatu kaum atau sesuatu daerah, dan orang lain berasal daripada sesuatu kaum atau sesuatu daerah yang lain, maka dia seolah-olah telah menyembelih umat ini, menghancur-leburkan serta merosakkan hasil usaha baginda Rasulullah saw. dan para Sahabat r.anhum. Apabila terpisah-pisah dan berpecah-belah, kita sendiri telah menyembelih umat ini terlebih dahulu. Yahudi dan Nasrani hanya mengerat umat ini yang sudah tersembelih. Sekiranya orang-orang Islam, hari ini menjadi umat seperti sedia kala, maka semua kekuatan di seluruh dunia sekalipun, tidak boleh menggerakkan walaupun sehelai bulu roma umat ini. Bom atom atau pun roket sekalipun, tidak boleh membinasakan mereka. Tetapi sekiranya mereka dengan semangat perkauman dan kedaerahan meneruskan fahaman menghancur-leburkan umat, maka demi Allah, senjata-senjata dan tentera-tentera kamu tidak boleh selamatkan kamu dari kemusnahan.


Hari ini orang-orang Islam di seluruh dunia telah dihimpit dan dibunuh dengan sebab kehilangan perasaan umat. Mereka telah menyia-nyiakan pengorbanan Baginda Rasulullah saw. Saya berkata tentang perkara ini dengan kepiluan di dalam hati saya, bahawa satu-satunya sebab semua kebinasaan dan kemunduran ini adalah kerana umat tidak lagi ada sebagai satu umat yang bersatu-padu; bahkan mereka telah lupa apa itu UMAT dan bagaimanakah baginda Rasulullah saw. telah membina umat ini!

"Untuk menjadi umat yang sebenar-benarnya dan supaya bantuan Allah bersama dengan orang-orang Islam, tidak cukup dengan hanya di kalangan mereka menghidupkan solat, zikir, madrasah dan kebiasaan mengajar dan belajar ilmu. Ibnu Muljam yang merupakan pembunuh Hadrat Ali r.a. adalah seorang yang banyak bersolat dan berzikir. Sehingga apabila orang-orang yang marah (atas pembunuhan Hadrat Ali r.a.) sebelum membunuhnya cuba memotong lidahnya, maka dia telah berkata, “Buatlah apa yang kamu mau, tetapi janganlah memotong lidah saya; dengannya saya boleh berzikir kepada Allah hingga ke akhir nafas saya dalam kehidupan ini.” Namun begitu Baginda Rasulullah saw. telah bersabda, “Pembunuh Ali adalah seorang yang paling buruk dan bernasib malang di kalangan umatku."

Ta’lim dari madrasah telah didapati oleh Abul Fadhal dan Faizi juga. Ilmu dan kepandaian mereka begitu tinggi sehingga boleh menulis tafsir al-Quran walaupun dengan huruf yang tidak bertitik. Walhal merekalah yang telah menyesatkan Akbar [Maharaja India dari keluarga Mughal] dan merosakkan agama Islam. Jadi, bagaimanakah perkara yang ada pada Ibnu Muljam, Abul Fadhal dan Faizi boleh mencukupi untuk menjadi umat yang sebenar dan mendapat nusrah ghaibiah dari Allah Taala.


Hadrat Syah Ismail Syahid rah.a., Hadrat Syed Ahmad Syahid rah.a., dan rakan-rakan mereka kesemua adalah satu jamaah yang unggul dan paling baik dari segi keagamaan mereka. Apabila mereka sampai ke kawasan perbatasan [yakni utara-barat Pakistan yang diduduki oleh kaum Pathan], orang-orang di sana telah menjadikan mereka pembesar-pembesar mereka. Maka syaitan telah menimbulkan di dalam hati beberapa orang Islam di sana bahawa, “Mereka ini orang-orang luar, mengapakah mereka diberi kesempatan untuk mengetuai kami?” Maka mereka telah mengawali menentang orang-orang Islam yang teguh mengamalkan agama ini. Beginilah caranya orang-orang Islam menghancurkan perasan umat oleh sebab kedaerahan mereka. Maka Allah Taala telah memberikan pembalasan dan penyeksaan dengan memberi kuasa kepada orang-orang Inggeris ke atas mereka. Ini merupakan azab daripada Allah Taala.

Ingatlah! Bahwa perkataan, kaumku, daerahku, saudaraku dan yang seumpamanya, semuanya adalah perkataan yang memecahbelahkan umat! Perkataan dan semangat sebegitu rupa adalah sangat-sangat dibenci oleh Allah Taala sehingga sedikit kesilapan dari segi ini oleh seorang Sahabat yang begitu tinggi darjatnya seperti Saad ibnu Ubadah r.a. [yang jika tidak diberhentikan dengan serta-merta pada masa itu juga, maka akan wujud perpecahan antara Ansar dan Muhajir] telah dibalas oleh Allah Taala di dunia.

Terdapat riwayat bahawa Saad ibnu Ubadah r.a. telah dibunuh makhluk jin dan di Madinah telah kedengaran pengumuman seperti berikut, tetapi tidak kelihatan makhluk yang mengumumkannya:

[Kami telah membunuh ketua kaum Khazraj: Saad ibnu Ubadah; Kami telah menjadikannya sasaran anak panah kami yang telah memasuki jantungnya!]

Daripada peristiwa ini didapati suatu contoh dan pengajaran bahawa walaupun seseorang itu mempunyai serba-serbi kebaikan, tetapi jika ia melakukan kesalahan dengan menyebabkan perpecahan umat, maka Allah Taala tetap akan menghancurkannya.


Umat akan menjadi umat yang benar apabila setiap individu dan golongan di kalangan umat ini tanpa membeza-bezakan, memegang usaha yang ditinggalkan oleh baginda Rasulullah saw. Dan ingatlah bahawa perkara yang memusnahkan perasaan umat adalah keburukan dari segi muamalat dan muasyarat. Apabila satu individu atau satu golongan di kalangan umat ini menzalimi dan tidak berbuat adil dengan yang lain, tidak menunaikan hak-haknya, menyakitinya, memperkecilkannya atau menghinanya maka timbullah perpecahan dan perasaan umat akan hancur. Sebab inilah saya berkata bahawa umat ini tidak dapat dibentuk dengan hanya kalimah dan tasbih. Umat akan menjadi umat yang sebenar melalui pengislahan muamalat dan muasyarat, melalui menunaikan hak-hak semua pihak dan melalui bersifat ikram terhadap sekalian orang. Bahkan apabila untuk menunaikan hak-hak orang lain, hak-hak sendiri dikorbankan, barulah umat ini akan dapat dibentuk. Baginda Rasulullah saw, Hadrat Abu Bakar As-Siddiq r.a dan Hadrat Umar r.a. telah membentuk umat ini dengan cara mengorbankan kesemua kepunyaan mereka dan menanggung bermacam-macam kesusahan."

Pada zaman Hadrat Umar r.a. suatu ketika telah datang berjuta-juta dinar dan dirham dan mesyuarat telah diadakan untuk membahagi-bahagikannya. Pada masa itu umat sudah dibentuk; yang bermesyuarat itu bukanlah daripada suatu daerah atau satu kaum atau kabilah saja. Bahkan manusia daripada pelbagai kaum, kabilah dan daerah berada dalam syura tersebut yang terkenal sebagai orang-orang khawas dari segi persahabatan dengan Baginda Rasulullah saw. Melalui mesyuarat, mereka denga sepenuh perhatian telah membuat keputusan bahawa dalam pembahagian tersebut, yang paling banyak akan diberi ialah kepada kabilah baginda Rasulullah saw. Kemudian kepada ahli kabilah Hadrat Abu Bakar r.a. dan selepas itu kabilah Hadrat Umar r.a. Maka dengan keputusan ini, saudara mara Hadrat Umar r.a. telah mendapat kedudukan yang ketiga. Apabila keputusan ini telah dikemukakan kepada Hadrat Umar r.a., beliau tidak meluluskan keputusan tersebut lalu berkata, Apa juga yang diperolehi dan akan diperolehi oleh umat ini adalah kerana baginda Rasulullah saw. semata-mata. Jadi, dalam pembagian harta ini, kita akan hanya mempertimbangkan perkaitan hubungan dengan baginda Rasulullah saw sahaja. Kabilah yang paling dekat dengan baginda akan mendapat bahagian yang paling besar. Kemudian yang kedua, yang ketiga, yang keempat dan seterusnya. Jadi, bahagian yang terbanyak telah diberikan kepada Bani Hasyim. Kemudian Bani Abd Manaf, anak-anak Qasa, Kalab, Marra dan seterusnya. Mengikut tertib ini, kabilah Hadrat Umar r.a. sangat jauh terkebelakang dan bahagian yang diperolehi oleh mereka adalah terlalu sedikit. Tetapi Hadrat Umar r.a. tetap membuat keputusan ini. Beliau sendiri telah membelakangkan kabilahnya sendiri dengan pembahagian ini. Dengan cara beginilah umat ini telah dibentuk!


Untuk membentuk umat, apa yang mustahak ialah semua orang perlu mencuba supaya kesatuan hadir di kalangan umat dan supaya tidak timbul perpecahan. Maksud sebuah hadith Baginda Rasulullah saw , “Pada hari kiamat salah seorang akan dibawa kepada Allah Taala untuk pembalasan. Semasa hidup di dunia, orang itu telah mendirikan solat, membayar zakat, berpuasa, mengerjakan haji, bertabligh dan lain-lain amalan yang baik. Tetapi dia akan diberi penyiksaan. Sebab, satu perkataan yang telah diucapkannya menyebabkan perpecahan di kalangan umat. Ia akan dihukum, “Rasakanlah penyiksaan untuk satu perkataan itu yang telah mendatangkan kerugian kepada umat.” Seorang lagi yang dihadapkan mempunyai mempunyai kekurangan dari segi solat, zakat, puasa, haji dan lain-lainnya dan dia dalam ketakutan akan azab Allah Taala, tetapi dia telah diberikan banyak pahala dan balasan baik sehingga dengan penuh kehairanan, dia sendiri akan bertanya, Untuk amalan saya yang mana satu, saya dimuliakan begini? Dia akan diberitahu, Pada masa dan keadaan sekian-sekian itu engkau telah mengucapkan satu perkataan yang telah menghentikan satu pergaduhan di kalangan umat yang ditahap perpecahan. Pada ketika perpecahan itu, umat telah kembali bersatu padu disebabkan perkataan kamu itu. Kesemua ini adalah pahala dan balasan untuk perkataan mu itu.

Di dalam membentuk umat dan juga merosakkan umat, peranan yang besar telah dimainkan oleh lidah. Lidah boleh menyenangkan hati orang, boleh juga ia menyakiti dan memecahkan hati. Cukup dengan satu perkataan salah yang keluar daripada lidah, maka menyebabkan penggunaan tongkat dan pergaduhan dan peperangan yang sempurna telah wujud. Demikian juga dengan satu perkataan sahaja boleh mendatangkan perdamaian dan perpaduan; ia boleh menyatukan hati-hati yang berpecah-belah. Oleh itu, perkara yang paling penting ialah lidah (percakapan) mesti dikawal supaya tidak disalahgunakan. Perkara ini hanya akan tercapai apabila seseorang itu sentiasa ada perasaan bahawa Allah ada bersama di setiap tempat dan juga Dia maha mendengar setiap perkataan yang diucapkan."


Di Madinah, pada zaman itu, ada dua kabilah Ansar, iaitu Aus dan Khazraj. Di antara keduanya telah terjadi pergaduhan dan peperangan sejak ratusan tahun. Apabila Rasulullah saw telah berhijrah dan sampai ke Madinah, orang-orang Ansar telah dikurniakan Allah dengan Islam. Maka dengan berkat Baginda dan Islam, pergaduhan dan peperangan itu telah terhenti dan Aus dan Khazraj telah hidup dengan aman dan damai. Melihat keadaan itu, orang-orang Yahudi telah membuat satu perancangan jahat supaya Aus dan Khazraj bergaduh dan berperang semula. Di dalam satu majlis yang dihadiri oleh orang-orang dari kedua kabilah tersebut, salah seorang (mengikut perancangan jahat tersebut) telah menyalakan api (menegangkan keadaan) dengan membaca satu syair mengenai peperangan mereka yang lama. Maka pada mulanya, mereka bertikam lidah antara satu sama lain dan akhirnya senjata telah dikeluarkan oleh kedua-dua pihak. Salah seorang telah segera mengadu kepada Baginda Rasulullah saw. Baginda saw. dengan serta merta datang ke tempat kejadian, lalu bersabda, Kamu hendak berperang sesama sendiri, sedangkan aku masih berada di kalangan kamu? baginda telah berkhutbah dengan ringkas tetapi penuh dengan semangat dan perasaan susah hati. Mereka telah memahami kesilapan masing-masing. Mereka telah sedar bahawa syaitan telah memerangkap mereka dengan perancangan jahat. Kedua-dua belah pihak telah menangis dan memeluk antara satu sama lain. Ayat suci telah diturunkan oleh Allah Taala:


[ يأيها الذين ءامنوا اتقوا الله حق تقاته و لا تموتن إلا وأنتم مسلمون ]

(Seolah-olah Allah memaksudkan) Wahai orang-orang yang beriman! Takutilah Allah sepertimana yang harus kamu takuti kepada-Nya dan sampai ke nafas kamu yang terakhirlah kamu hidup sebagai hamba yang menyerah diri dan mentaati Allah.

Jadi, apabila manusia sentiasa ingat pada Allah, takut kepada kemurkaan-Nya dan sentiasa mentaati-Nya, maka syaitan pun tidak ada kesempatan untuk menyesatkannya dan umat akan terselamat dari semua pergaduhan dan keburukan yang lain.


[ واعتصموا بحبل الله جميعا ًولاتفرقوا واذكروا نعمت الله عليكم إذ كنتم أعداء فألف بين قلوبكم فأصبحتم بنعمته إخوانا ً و كنتم على شفا حفرة من النار فأنقذكم منها ]

(Seolah-olah Allah memaksudkan) Dan berpeganglah kamu sekalian secara berjemaah dengan tali Allah yakni kitab Allah dan agama-Nya dengan teguh; yakni dengan sifat IJTIMA’IYYAT yang sempurna serta sifat perasaan umat, berpegang kepada agama dan berpautlah kepadanya. Jangan menjadi berpecah-belah atas perkauman atau kedaerahan atau dari segi bahasa. Dan janganlah melupakan ihsan Allah yang mana Allah Taala telah menghapuskan permusuhan yang telah berkekalan sesama sendiri di kalangan kamu dan telah menyatukan hati-hati kamu dan telah menjadikan persaudaraan satu sama lain. Semasa kamu berperang sesama sendiri, kamu sebenarnya telah menghampiri neraka sehingga kamu telah hampir jatuh ke dalamnya; Allah Taala telah memegang kamu dan telah menyelamatkan kamu dari neraka.

Syaitan memang ada bersama kamu. Penyelesaian masalah ini adalah di tangan kamu. Kamu seharusnya berada di dalam satu golongan yang tugasnya hanyalah menyuruh kepada kebaikan dan mencegah daripada keburukan dan fasad.


وَلۡتَكُن مِّنكُمۡ أُمَّةٌ۬ يَدۡعُونَ إِلَى ٱلۡخَيۡرِ وَيَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَيَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ‌ۚ وَأُوْلَـٰٓٮِٕكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ (١٠٤

Dan hendaklah ada di antara kamu satu golongan yang menyeru (berdakwah) kepada kebajikan (mengembangkan Islam), dan menyuruh berbuat segala perkara yang baik, serta melarang daripada segala yang salah (buruk dan keji) dan mereka yang bersifat demikian ialah orang-orang yang berjaya. (Surah Al ‘Imran: 104)


Di kalangan umat harus ada satu golongan yang tugasnya menyeru manusia kepada agama dan segala jenis kebaikan; mereka harus meneruskan usaha untuk iman, untuk kebaikan dan kebajikan, mereka perlu usaha atas solat, atas zikir, atas ilmu yang telah di bawa oleh Rasulullah saw. Mereka juga perlu usaha untuk selamatkan manusia dari keburukan dan segala jenis maksiat. Melalui usaha sedemikian rupa umat akan berkekalan sebagai umat yang bersatu-padu.


وَلَا تَكُونُواْ كَٱلَّذِينَ تَفَرَّقُواْ وَٱخۡتَلَفُواْ مِنۢ بَعۡدِ مَا جَآءَهُمُ ٱلۡبَيِّنَـٰتُ‌ۚ وَأُوْلَـٰٓٮِٕكَ لَهُمۡ عَذَابٌ عَظِيمٌ۬ (١٠٥

Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah berceri-berai dan berselisihan (dalam ugama mereka) sesudah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang jelas nyata (yang dibawa oleh Nabi-nabi Allah), dan mereka yang bersifat demikian, akan beroleh azab seksa yang besar. (Surah Al ‘Imran: 105)


Sesiapa yang selepas menerima kesemua nasihat-nasihat ini, dan masih meneruskan untuk mengikut jalan syaitan, berjalan secara berasingan, menimbulkan perlawanan dan merosakkan perasaan dan perpaduan umat, maka bagi mereka ada penyeksaan yang keras.

Kesemua ajaran dan perkara-perkara dalam agama mempunyai JORD (kesatuan) dan juga untuk kesatuan dan perpaduan. Di dalam solat ada Jord, dalam puasa ada Jord. Dalam haji ada Jord bagi pelbagai kaum dan bangsa dan negara dan manusia yang bercakap dalam berbagai-bagai bahasa. Di dalam halaqah ta’lim ada Jord. Sifat ikram (memuliakan) orang-orang Islam dan mencintai orang-orang Islam, memberi dan menerima hadiah antara satu sama lain, kesemua ini adalah yang mendatangkan kesatuan dan yang membawa ke syurga. Mereka yang membuat usaha untuk kesemua amalan ini akan mendapati wajah mereka berseri-seri pada hari Hisab."

Dan sebaliknya, benci, hasad, dengki, mengumpat, menghasut, menghinakan orang, mengecilkan hati orang dan menyakiti hati orang, kesemua ini adalah perbuatan yang menyebabkan perpecahan dan membawa ke neraka. Mereka yang melakukan perbuatan tersebut akan dihinakan pada hari Hisab.


يَوۡمَ تَبۡيَضُّ وُجُوهٌ۬ وَتَسۡوَدُّ وُجُوهٌ۬‌ۚ فَأَمَّا ٱلَّذِينَ ٱسۡوَدَّتۡ وُجُوهُهُمۡ أَكَفَرۡتُم بَعۡدَ إِيمَـٰنِكُمۡ فَذُوقُواْ ٱلۡعَذَابَ بِمَا كُنتُمۡ تَكۡفُرُونَ (١٠٦
وَأَمَّا ٱلَّذِينَ ٱبۡيَضَّتۡ وُجُوهُهُمۡ فَفِى رَحۡمَةِ ٱللَّهِ هُمۡ فِيہَا خَـٰلِدُونَ (١٠٧

(Ingatlah akan) hari (kiamat yang padanya) ada muka (orang-orang) menjadi putih berseri dan ada muka (orang-orang) menjadi hitam legam. Adapun orang-orang yang telah hitam legam mukanya, (mereka akan ditanya secara menempelak): Patutkah kamu kufur ingkar sesudah kamu beriman? Oleh itu rasalah azab seksa Neraka disebabkan kekufuran kamu itu. Adapun orang-orang yang telah putih berseri mukanya, maka mereka berada dalam limpah rahmat Allah (Syurga), mereka kekal di dalamnya. (Surah Al-'Imran: 106-107)

Mereka yang telah memecah-belahkan dan menjalani perbuatan yang memecah-belahkan, telah menghancurkan perasaan umat, maka pada hari kiamat mereka akan bangkit dari kubur masing-masing dengan muka yang hitam; mereka akan diberitahu bahawa kamu telah mengambil cara-cara orang kafir setelah kamu dikurniakan dengan Iman dan Islam. Jadi, rasailah kamu di sini azab neraka sepertimana telah kamu kufurkan. Dan mereka yang ikut jalan yang betul, wajah-wajah mereka akan bercahaya dan berseri-seri. Untuk selama-lamanya mereka akan berada di dalam rahmat Allah Ta'ala dan syurga."


Saudara-saudaraku dan teman-temanku sekalian! Kesemua ayat-ayat ini telah diturunkan pada masa orang-orang Yahudi telah cuba untuk memecah-belahkan orang-orang Ansar dan menjadikan dua kabilah Ansar bermusuhan antara satu sama lain. Di dalam ayat-ayat tersebut, perpecahan, pergaduhan dan berperang antara satu sama lain di kalangan umat telah disifatkan sebagai kufur dan telah diberi ancaman untuk azab di akhirat.

Pada hari ini di seluruh dunia telah berlaku usaha untuk memecah-belahkan perasaan sebagai satu umat. Jalan penyelesaian dan perkara yang boleh mengatasinya ialah hendaklah kamu menyibukkan diri kamu sendiri dalam usaha Baginda Rasulullah s.a.w. Hendaklah kamu mengajak orang-orang Islam ke masjid. Hidupkanlah perbincangan tentang iman. Dirikanlah halqah Ta'lim dan Zikir. Bermesyuaratlah mengenai usaha agama. Telah terbukti bahawa pelbagai kaum, keturunan dan manusia dari berbagai-bagai daerah dan yang bercakap berbagai-bagai bahasa telah bersatu padu melalui amalan-amalan ini di Masjid Nabawi.

Perasaan perpaduan umat akan hidup apabila kamu akan mengelakkan diri dari perkara-perkara yang memberi peluang kepada syaitan untuk memecah-belahkan kamu. Apabila tiga orang duduk bersama, maka hendaklah kamu ingat bahawa yang keempat bersama kamu adalah Allah s.w.t. Apabila ada empat atau lima orang duduk bersama, maka hendaklah kamu selalu ingat bahawa Allah s.w.t bersama kamu sebagai yang kelima atau yang keenam; Dia mendengar setiap perkataan kamu dan Dia melihat sama ada kamu berbincang untuk perpaduan umat ataupun kamu memecahbelahkan umat. Adakah kamu sedang mengumpat atau menghasut, atau membuat perancangan jahat untuk orang lain.


Umat ini telah dibentuk dengan tumpahan darah Baginda Rasulullah s.a.w dan kelaparan Baginda s.a.w, sementara kita hari ini memecahbelahkan umat atas perkara-perkara kita yang kecil. Ingatlah bahawa meninggalkan solat Jumaat pun tidak akan datang begitu banyak keburukan seperti yang berlaku akibat memecah-belahkan umat. Apabila akan datang perasaan perpaduan umat di kalangan orang-orang Islam, maka tidak sekali-kali mereka akan dihinakan di dunia ini. Kekuatan Russia dan Amerika juga akan tunduk di hadapan mereka. Dan perasaan umat akan hanya datang apabila diamalkan atas ayat:


أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ
Bersifat lemah-lembut terhadap orang-orang yang beriman.. (Surah al-Maidah: 54)

Yakni, setiap orang Islam disisi orang Islam yang lain akan mengecilkan, merendahkan, dan menghinakan diri dan akan berkelakuan lemah-lembut terhadapnya. Di dalam tabligh harus kita melatihkan diri untuk perkara ini. Apabila akan datang sifat ( أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ ) di kalangan orang-orang Islam, maka di dunia mereka akan menjadi:


أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ
Maksudnya: ..berlaku tegas gagah terhadap orang-orang kafir.. (Surah al-Maidah: 54)


Yakni, ia akan dimuliakan berbanding dengan orang-orang kafir. Ia akan dikurniakan Allah s.w.t dengan kehebatan dan kemenangan ke atas orang-orang kafir.

BENARKAH PAULUS SEORANG RASUL

Muslim 4360
حَدَّثَنِي حَرْمَلَةُ بْنُ يَحْيَى أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَن...ِي يُونُسُ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ أَنَّ أَبَا سَلَمَةَ بْنَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَخْبَرَهُ أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ قَالَ
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ أَنَا أَوْلَى النَّاسِ بِابْنِ مَرْيَمَ الْأَنْبِيَاءُ أَوْلَادُ عَلَّاتٍ وَلَيْسَ بَيْنِي وَبَيْنَهُ نَبِيٌّ
Telah menceritakan kepadaku [Harmalah bin Yahya]; Telah mengabarkan kepadaku [Ibnu Wahb]; Telah mengabarkan kepadaku [Yunus] dari [Ibnu Syihab] bahwa [Abu Salamah bin 'Abdur Rahman]; Telah menceritakan kepadanya bahwa [Abu Hurairah] Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Aku adalah orang yang paling berhak atas diri Isa, para Nabi adalah satu saudara dari satu bapak (Adam), dan antara aku dengan Isa 'Alaihis Salam tidak ada seorang Nabi pun."

Mat. 24:11Banyak nabi palsu akan muncul dan menyesatkan banyak orang.


Alkitab menjawab sendiri siapa itu Paulus


Benarkah paulus seorang nabi ?

• Mat. 7:15"Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas.

Bukti
Kedombaan Paulus sudah tidak terbantahkan

• 2. Yer. 5:31Para nabi bernubuat palsu dan para imam mengajar dengan sewenang-wenang, dan umat-Ku menyukai yang demikian! Tetapi apakah yang akan kamu perbuat, apabila datang kesudahannya?

Bukti.

1. Tuhan berjanji bahwa Israel tidak akan pernah kehilangan tanah mereka dan tidak akan pernah ditindas.

2 Samuel 7:10,11
7:10Aku menentukan tempat bagi umat-Ku Israel dan menanamkannya, sehingga ia dapat diam di tempatnya sendiri dengan tidak lagi dikejutkan dan tidak pula ditindas oleh orang-orang lalim seperti dahulu,
7:11sejak Aku mengangkat hakim-hakim atas umat-Ku Israel. Aku mengaruniakan keamanan kepadamu dari pada semua musuhmu. Juga diberitahukan TUHAN kepadamu: TUHAN akan memberikan keturunan kepadamu.

1 Tawarikh 17:9,10
17:9Aku akan menentukan tempat bagi umat-Ku Israel dan akan menanamkannya, sehingga ia dapat diam di tempatnya sendiri dengan tidak lagi dikejutkan dan tidak pula ditekan oleh orang-orang lalim seperti dahulu,
17:10sejak Aku mengangkat hakim-hakim atas umat-Ku Israel. Aku akan menundukkan segala musuhmu. Juga Aku beritahukan kepadamu: TUHAN akan membangun suatu keturunan bagimu.

Akan tetapi janji Tuhannya kristen tersebut meleset alias tidak diwujudkan. Berabad-abad Israel terlunta-lunta dan hancur berserakan dengan tidak mempunyai tanah / negara. Berjuta-juta orang Israel dibantai oleh Hitler. Nubuatan yang jelas-jelas telah gagal.

2. Tuhan berjanji bahwa tahta Daud akan kokoh untuk selamanya.

2 Samuel 7:16 Keluarga dan kerajaanmu akan kokoh untuk selama-lamanya di hadapan-Ku, takhtamu akan kokoh untuk selama-lamanya."

1 Tawarikh 17:14 Dan Aku akan menegakkan dia dalam rumah-Ku dan dalam kerajaan-Ku untuk selama-lamanya dan takhtanya akan kokoh untuk selama-lamanya.

1 Tawarikh 22:10 Dialah yang akan mendirikan rumah bagi nama-Ku dan dialah yang akan menjadi anak-Ku dan Aku akan menjadi Bapanya; Aku akan mengokohkan takhta kerajaannya atas Israel sampai selama-lamanya.

Tapi kenyataannya garis keturunan Daud berakhir pada Zedekiah. 450 tahun kemudian.


3. Orang yang tak bersunat tidak akan pernah memasuki Yerusalem.

Yesaya 52:1 Terjagalah, terjagalah! Kenakanlah kekuatanmu seperti pakaian, hai Sion! Kenakanlah pakaian kehormatanmu, hai Yerusalem, kota yang kudus! Sebab tidak seorangpun yang tak bersunat atau yang najis akan masuk lagi ke dalammu.

Banyak lho yang tak sunat masuk Yerusalem.

4. Menurut Yosua, Efraim and Manasye akan menghalau orang Kanaan.

Yosua 17:17,18
17:17Lalu berkatalah Yosua kepada keturunan Yusuf, kepada suku Efraim dan suku Manasye: "Engkau ini bangsa yang banyak jumlahnya dan mempunyai kekuatan yang besar; tidak hanya satu bagian undian ditentukan bagimu,
17:18tetapi pegunungan itu akan ditentukan bagimu juga, dan karena tanah itu hutan, haruslah kamu membukanya; kamu akan memilikinya sampai kepada ujung-ujungnya, sebab kamu akan menghalau orang Kanaan itu, sekalipun mereka mempunyai kereta besi dan sekalipun mereka kuat."

Tetapi menurut Hakim-hakim , mereka tidak menghalau orang-orang Kanaan,

Hakim-hakim 1:27,28,29
1:27Suku Manasye tidak menghalau penduduk Bet-Sean dan penduduk segala anak kotanya, penduduk Taanakh dengan segala anak kotanya, penduduk Dor dengan segala anak kotanya, penduduk Yibleam dengan segala anak kotanya, dan penduduk Megido dengan segala anak kotanya, sebab orang Kanaan itu berkeras untuk tetap diam di negeri itu.
1:28Setelah orang Israel menjadi kuat, mereka membuat orang Kanaan itu menjadi orang rodi dan tidak menghalau mereka sama sekali.
1:29Suku Efraimpun tidak menghalau orang Kanaan yang diam di Gezer, sehingga orang Kanaan itu tetap diam di tengah-tengah mereka di Gezer.

Satu lagi nubuatan Alkitab yang jelas-jelas gagal.
5. Yeremia 34:5 menubuatkan bahwa Zedekiah akan mati dengan damai.

Engkau akan mati dengan damai. Dan sebagaimana dinyalakan api untuk menghormati bapa-bapa leluhurmu, raja-raja dahulu, yang hidup sebelum engkau, demikianlah orang akan menyalakan api untuk menghormati engkau, dan akan meratapi engkau dengan berkata: Aduhai, tuan! Sungguh, Akulah yang mengucapkan firman ini, demikianlah firman TUHAN.” [Yeremia 34:5].

Tapi menurut 2 Raja 25:7 dan Yeremia 52:10-11, hal itu tidak terbukti. Zedekiah melihat anaknya terbunuh, dan dia menjadi buta dan terbunuh di tahanan.

Amos 7:17 menubuatkan bahwa anak Amazia akan terbunuh dengan pedang.
Sebab itu beginilah firman TUHAN: Isterimu akan bersundal di kota, dan anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan tewas oleh pedang; tanahmu akan dibagi-bagikan dengan memakai tali pengukur, engkau sendiri akan mati di tanah yang najis, dan Israel pasti pergi dari tanahnya sebagai orang buangan.” [Amos 7:17].

Tetapi menurut 2 Tawarikh 26:1,21, anak Amazia mati karena penyakit kusta.

1 Segenap bangsa Yehuda mengambil Uzia, yang masih berumur enam belas tahun dan menobatkan dia menjadi raja menggantikan ayahnya, Amazia.
21 Raja Uzia sakit kusta sampai kepada hari matinya, dan sebagai orang yang sakit kusta ia tinggal dalam sebuah rumah pengasingan, karena ia dikucilkan dari rumah TUHAN. Dan Yotam, anaknya, mengepalai istana raja dan menjalankan pemerintahan atas rakyat negeri itu. [2 Taw 26:1,21].

6. Menurut Lukas 23:43, pencuri akan bersama dengan Yesus di surga pada hari itu juga.

Kata Yesus kepadanya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.” [Lukas 23:43].

Tetapi tubuh yesus terkubur pada hari itu dan menurut Kisah rasul 2:27,31, jiwa Yesus pergi ke neraka tidak pergi kesorga.

7. Menurut Yosua 8:28, kota Ai dihancurkan untuk selamanya.

Yosua membakar Ai dan membuatnya menjadi timbunan puing untuk selama-lamanya, menjadi tempat yang tandus sampai sekarang. [Yosua 8:28].

Tapi kenyataannya kota Ai tetap berpenduduk.

1 Inilah orang-orang propinsi Yehuda yang berangkat pulang dari pembuangan, yakni para tawanan, yang dahulu diangkut ke Babel oleh Nebukadnezar, raja Babel, dan yang kembali ke Yerusalem dan ke Yehuda, masing-masing ke kotanya.
28 orang-orang Betel dan Ai: dua ratus dua puluh tiga orang; [Ezra 2:1,28].

8. Menurut Keluaran 3:8, Israel akan menempati negara yang besar dan banyak susu dan madu.

Sebab itu Aku telah turun untuk melepaskan mereka dari tangan orang Mesir dan menuntun mereka keluar dari negeri itu ke suatu negeri yang baik dan luas, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya, ke tempat orang Kanaan, orang Het, orang Amori, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus. [Keluaran 3:8].
Dan menurut 2Samuel 7:10, mereka tidak akan diganggu lagi,
Aku menentukan tempat bagi umat-Ku Israel dan menanamkannya, sehingga ia dapat diam di tempatnya sendiri dengan tidak lagi dikejutkan dan tidak pula ditindas oleh orang-orang lalim seperti dahulu, [2Samuel 7:10].

Tetapi kenyataannya, Israel tidaklah menempati negeri yang luas, luas Israel dari dulu tidak lebih besar dari DKI Jakarta. Dan yang meleset lagi, Israel tidak henti-hentinya dihancur leburkan oleh kekuatan-kekuatan asing.

9. Menurut Yesaya 14:23, Babel/Babylon akan menjadi rawa-rawa dan akan hancur dan punah.

“Aku akan membuat Babel menjadi milik landak dan menjadi air rawa-rawa, dan kota itu akan Kusapu bersih dan Kupunahkan,” demikianlah firman TUHAN semesta alam. [Yesaya 14:23].

Tetapi kenyataannya adalah Babel / Irak sampai sekarang merupakan negara gurun dan tidak berawa-rawa. Nubuatan bahwa Babel akan punah juga meleset. Sampai sekarang masih eksis di bagian Irak. Bahkan pada jaman Pauluspun Babel masih eksis,

Salam kepada kamu sekalian dari kawanmu yang terpilih yang di Babilon, dan juga dari Markus, anakku. [1 petrus 5:13].

10. Menurut Yesaya 29:17, Lebanon akan menjadi negara dengan banyak kebun buah-buahan sehingga dianggap hutan.

Bukankah hanya sedikit waktu lagi, Libanon akan berubah menjadi kebun buah-buahan, dan kebun buah-buahan itu akan dianggap hutan? [Yesaya 29:17].

Tetapi kenyataannya nubuatan itu meleset. Lebanon bukanlah negara dengan banyak kebun buah yang menyerupai hutan. Tapi lebanon penuh denan gurun pasir.

11. Menurut Zef 3:13 sisa orang Israel akan tidak akan membuat kelaliman dan tidak akan berbicara bohong.

yakni sisa Israel itu. Mereka tidak akan melakukan kelaliman atau berbicara bohong; dalam mulut mereka tidak akan terdapat lidah penipu; ya, mereka akan seperti domba yang makan rumput dan berbaring dengan tidak ada yang mengganggunya.” [Zefanya 3:13].

Tapi kenyataanya, Israel itu biang bohong dan biang kelaliman.

12. Paulus menubuatkan bahwa semua lutut akan tertekuk dan semua lidah akan mengakui bahwa Yesus itu adalah Tuhan.

10 Supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi.
11 dan segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa! [Filipi 2:10-11]
Saya akan buktikan kesalahan nubuat Paulus dalam Alkitab dalam ayat Filipi 2:10-11 diatas. Perlu dicamkan sejenak bahwa kitab (surat) Filipi ini dikarang oleh Paulus pada tahun 62/63 Masehi.
Sekarang Kita fokuskan ayat Alkitab diatas itu, perhatikan juga pada kata-kata yang saya huruf besarkan.
DALAM NAMA YESUS SEMUA LUTUT AKAN BERTEKUK LUTUT DAN SEMUA LIDAH AKAN MENGAKU BAHWA YESUS ADALAH TUHAN (Filipi 2 : 10-11).”

Kita lihat sedari awal tulisan ayat itu: ‘SEMUA LUTUT AKAN BERTEKUK LUTUT…’, saya tanya: SEMUA lutut bertekuk lutut darimana? Dari Hongkong? Yang jelas sekarang dengkul saya lagi selonjoran. Saya menajiskan lutut saya untuk bertekuk lutut sama Tuhan palsu apalagi sama setan tembok macam Yesus.
Lalu: ‘…DAN SEMUA LIDAH AKAN MENGAKU BAHWA YESUS ADALAH TUHAN’, tak usahlah mengambil kesimpulan sesesat dan sejauh itu. Tidak semua tidak orang ngaku Yesus Tuhan. Nubuat Paulus dalam Filipi 2:10-11 diatas jelas TELAH TUMBANG karena lutut saya tidak bertekuk lutut dan lidah saya tidak pernah mengakui bahwa Yesus itu adalah Tuhan.

Ramalan Paulus tentang kedatangan Yesus (I Tesalonika 4:16-17).

Dalam ayat ini Paulus meramalkan bahwa setelah kebangkitan Yesus dari kubur,
dia dan seluruh pengikutnya yang masih hidup itu akan diangkat bersama-sama dengan Yesus dalam awan menyongsong Tuhan diangkasa.
Ramalan ini tidak terpenuhi, bukan Yesus yang menjemput Paulus, tapi pedang kaisar Nero yang memenggal leher Paulus di Roma tahun 64 M. Ramalan Paulus ini tidak akan terjadi, meski dia diberi waktu 2000 tahun lagi untuk menunggu kegenapan nubuatnya.


Ramalan kedatangan Yesus
(Matius 10:23; 16:28; Markus 9:1 dan Lukas 9:27).
Yesus menubuatkan bahwa dia dan kerajaan Allah akan datang sebelum para muridnya selesai mengunjungi kota-kota Israel.
Ramalan ini meleset jauh, sebab sampai saat ini
Yesus belum juga turun datang kembali ke dunia. Padahal para murid Yesus sudah mati semua 2000 tahun yang lalu.

Hak keturunan Abraham (Kejadian 21:12). Dalam ayat ini Tuhan menubuatkan bahwa yang disebut keturunan Abraham adalah berasal dari Ishak.
Nubuat ini meleset jauh lebih besar, Sebab dalam I Tawarikh 1:28-30 Ismail juga disebut sebagai anak keturunan Abraham.

Ramalan Tuhan Meleset(Yeremia 34:4-5) Dalam ayat Tuhan berfirman bahwa Zedekia, raja Yehuda tidak akan mati oleh pedang, melaikan akan mati dengan
damai.
Nubuat ini meleset jauh, dalam kitab Yeremia 52:10-11 diceritakan bahwa pada akhir hayatnya Zedekia tewas ditangan raja Babel. Sebelum meninggal, mata Zedekia dibutakan, lalu dibelenggu dengan rantai tembaga. Kemudian ditaruh dalam rumah hukuman sampai meninggal.

Nubuat Tuhan tidak terjadi (Yeremia 36: 30). Dalam kitab Yeremia 36: 30 Tuhan berfirman bahwa keturunan Yoyakim tidak ada yang naik tahta kerajaan Daud.
Nubuat ini ternyata meleset. Diceritakan dalam kitab II Raja-raja 24:6 bahwa sepeninggal Yoyakim, yang naik tahta menggantikannya adalah Yoyakhin, anaknya

• Yer. 23:25Aku telah mendengar apa yang dikatakan oleh para nabi, yang bernubuat palsu demi nama-Ku dengan mengatakan: Aku telah bermimpi, aku telah bermimpi!
Bukti
Kis. 18:9Pada suatu malam berfirmanlah Tuhan kepada Paulus di dalam suatu penglihatan: "Jangan takut! Teruslah memberitakan firman dan jangan diam!


Kis. 16:9Pada malam harinya tampaklah oleh Paulus suatu penglihatan: ada seorang Makedonia berdiri di situ dan berseru kepadanya, katanya: "Menyeberanglah ke mari dan tolonglah kami!"

*penglihatan
Disebut manusia dengan “melihat” adalah penafsiran otak manusia atas sinyal-sinyal listrik yang dikirimkan oleh syaraf-syaraf dibelakang mata manusia. Sebelumnya lensa mata manusia menangkap cahaya yang berasal dari matahari atau sumber cahaya lainnya maupun pantulan cahaya dari suatu benda. Nah Cahaya yang masuk kedalam lensa mata ini diubah oleh enzim dan sejenisnya menjadi sinyal-sinyal listrik yang dibawa oleh syaraf menuju otak.
Ketika memejamkan mata, maka dalam otak dapat muncul berjuta-juta gambar dari macam-macam wajah manusia, istana yang megah, gubuk reot, dinosaurus, siluman babi ngepet atau bahkan artis-artis yang ganteng dan cantik. Jadi ketika kita memejamkan mata berarti tidak terjadi proses penglihatan. Yang ada hanyalah proses manusia berimajinasi / berkhayal/bermimpi . Ya seperti anda bermimpi ketika tidur. Sekali lagi saya tegaskan yang disebut penglihatan batin pada dasarnya hanyalah hasil kita berimajinasi / berkhayal.


Penutup

Yer. 23:26Sampai bilamana hal itu ada dalam hati para nabi yang bernubuat palsu dan yang menubuatkan tipu rekaan hatinya sendiri,



BILA RASUL YANG MENULIS ALKITAB TERBUKTI KEPALSUANNYA DAN NUBUATAN BANYAK YANG GAGAL DALAM ALKITAB, MASIHKAH ALKITAB DISEBUT SEBAGAI FIRMAN TUHAN????????
Lihat Selengkapnya
‌Maryam:030 قَالَ إِنِّي عَبْدُ اللَّهِ ءَاتَانِيَ الْكِتَابَ وَجَعَلَنِي نَبِيًّا Berkata Isa: "Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi

BUKTI QURAN TERNYATA BENAR

Diaz Alfahrezy
BUKTI ILMIAH BAHWA AL_QUR'AN ITU BENAR

Jika Anda termasuk orang yang gemar menonton rancangan TV `Discovery’ pasti kenal Mr.Jacques Yves Costeau , ia seorang ahli oceanografer dan ahli selam terkemuka dari Perancis. Orang tua yang berambut putih ini sepanjang hidupnya menyelam ke berbagai dasar samudera di seantero dunia dan membuat film dokumentari tentang keindahan alam dasar laut untuk ditonton di seluruh dunia.

Pada suatu hari ketika sedang melakukan eksplorasi di bawah laut, tiba-tiba ia menemui beberapa kumpulan mata air tawar-segar yang sangat sedap rasanya karena tidak bercampur/tidak melebur dengan air laut yang asin di sekelilingnya, seolah-olah ada dinding atau membran yang membatasi keduanya.

Menampilkan: Al-Furqan (25) No. Ayat : : 53

وَهُوَ الَّذِي مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ هَذَا عَذْبٌ فُرَاتٌ وَهَذَا مِلْحٌ أُجَاجٌ وَجَعَلَ بَيْنَهُمَا بَرْزَخاً وَحِجْراً مَّحْجُوراً
25.53. Dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.

Fenomena ganjil itu memeningkan Mr. Costeau dan mendorongnya untuk mencari penyebab terpisahnya air tawar dari air asin di tengah-tengah lautan. Ia mulai berfikir, jangan-jangan itu hanya halusinansi atau khayalan sewaktu menyelam. Waktu pun terus berlalu setelah kejadian tersebut, namun ia tak kunjung mendapatkan jawaban yang memuaskan tentang fenomena ganjil tersebut.

Sampai pada suatu hari ia bertemu dengan seorang profesor Muslim, kemudian ia pun menceritakan fenomena ganjil itu. Profesor itu teringat pada ayat Al Quran tentang bertemunya dua lautan (surat Al Furqan ayat 53 di atas dan surat Ar-Rahman ayat 19-20) yang sering diidentikkan dengan Terusan Suez . Ayat itu berbunyi
Menampilkan: Ar-Rahman (55) No. Ayat : : 19-20

مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ يَلْتَقِيَانِ
55.19. Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu,

بَيْنَهُمَا بَرْزَخٌ لَّا يَبْغِيَانِ
55.20. antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing .

Selain itu, dalam beberapa kitab tafsir, ayat tentang bertemunya dua lautan tapi tak bercampur airnya diartikan sebagai lokasi muara sungai, di mana terjadi pertemuan antara air tawar dari sungai dan air asin dari laut. Namun tafsir itu tidak menjelaskan ayat berikutnya dari surat Ar-Rahman ayat 22 yang berbunyi
Menampilkan: Ar-Rahman (55) No. Ayat : : 22

يَخْرُجُ مِنْهُمَا اللُّؤْلُؤُ وَالْمَرْجَانُ
55.22. Dari keduanya keluar mutiara dan marjan.

Padahal di muara sungai tidak ditemukan mutiara. Mutiara hanya bisa ditemukan di samudra / laut. Dan pada perbatasan dua sungai tersebut terdapat kerang/mutiara.

Terpesonalah Mr. Costeau mendengar ayat-ayat Al Qur’an itu, melebihi kekagumannya melihat keajaiban pemandangan yang pernah dilihatnya di lautan yang dalam. Al Qur’an ini mustahil disusun oleh Muhammad yang hidup di abad ke tujuh, suatu zaman saat belum ada peralatan selam yang canggih untuk mencapai lokasi yang jauh terpencil di kedalaman samudera. Benar-benar suatu mukjizat, berita tentang fenomena ganjil 14 abad yang silam

Akhirnya terbukti pada abad 20. Mr. Costeau pun berkata bahwa Al Qur’an memang sesungguhnya kitab suci yang berisi firman Allah, yang seluruh kandungannya mutlak benar. Dengan seketika dia pun memeluk Islam.

Allahu Akbar…! Mr. Costeau mendapat hidayah melalui fenomena teknologi kelautan. Maha Benar Allah yang Maha Agung. Shadaqallahu Al `Azhim. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

“Sesungguhnya hati manusia akan berkarat sebagaimana besi yang dikaratkan oleh air.” Bila seorang bertanya, “Apakah caranya untuk menjadikan hati-hati ini bersih kembali?” Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Selalulah ingat mati dan membaca Al Quran.”

Jika Anda seorang penyelam, maka anda harus mengunjungi Cenote Angelita, Mexico. Disana ada sebuah gua. Jika anda menyelam sampai kedalaman 30 meter, airnya air segar (tawar), namun jika anda menyelam sampai kedalaman lebih dari 60 meter, airnya menjadi air asin, lalu anda dapat melihat sebuah “sungai” di dasarnya, lengkap dengan pohon dan daun daunan.

Setengah pengkaji mengatakan, itu bukanlah sungai biasa, itu adalah lapisan hidrogen sulfida, nampak seperti sungai… luar biasa bukan? Lihatlah betapa indanya ciptaan Allah ta'ala

PENDERITAAN RASUL


PENDERITAAN RASULULLAH SAW

Baihaqi memberitakan dari Abdullah bin Ja'far ra. katanya: Apabila Abu Thalib telah meninggal dunia, mulailah Nabi SAW diganggu dan ditentang secara terang terangan. Satu peristiwa, beliau telah dihadang di jalanan oleh salah seorang pemuda jahat Quraisy, diraupnya tanah dan dilemparkan ke muka beliau, namun beliau tidak membalas apa pun. Apabila beliau tiba di rumah, datang salah seorang puterinya, lalu membersihkan muka beliau dari tanah itu sambil menangis sedih melihat ayahnya diperlakukan orang seperti itu.
Maka berkatalah Rasulullah SAW kepada puterinya itu: 'Wahai puteriku! Jangan engkau menangis begitu, Allah akan melindungi ayahmu!' beliau membujuk puterinya itu. Beliau pernah berkata: Sebelum ini memang kaum Quraisy tidak berani membuat sesuatu seperti ini kepadaku, sehingga selepas Abu Thalib meninggal dunia, mulailah mereka menggangguku dan mengacau ketentramanku. Dalam riwayat yang lain, beliau berkata kepadanya karena menyesali perbuatan jahat kaum Quraisy itu: Wahai paman! Alangkah segeranya mereka menggangguku sesudah engkau hilang dari mataku!
(Hilyatul Auliya 8:308; Al-Bidayah Wan-Nihayah 3:134)

Dalam riwayat yang sama dari Manbat Al-Azdi, katanya: Pernah aku melihat Rasulullah SAW di zaman jahiliah, sedang beliau menyeru orang kepada Islam, katanya: 'Wahai manusia sekaliani Ucapkanlah 'Laa llaaha lliallaah!' nanti kamu akan terselamat!' beliau menyeru berkali-kali kepada siapa saja yang beliau temui. Malangnya aku lihat, ada orang yang meludahi mukanya, ada yang melempar tanah dan kerikil ke mukanya, ada yang mencaci-makinya, sehingga ke waktu tengah hari. Kemudian aku lihat ada seorang wanita datang kepadanya membawa sebuah kendi air, maka beliau lalu membasuh wajahnya dan tangannya seraya menenangkan perasaan wanita itu dengan berkata: Hai puteriku! Janganlah engkau bimbangkan ayahmu untuk diculik dan dibunuh ... ! Berkata Manbat: Aku bertanya: Siapa wanita itu? Jawab orangorang di situ: Dia itu Zainab, puteri Rasuluilah SAW dan wajahnya sungguh cantik. (Majma'uz Zawa'id 6:21)

Bukhari meriwayatkan dari Urwah r.a. katanya: Aku bertanya Amru bin Al-Ash ra. mengenai apa yang dideritai Nabi SAW ketika beliau berdakwah mengajak orang masuk Islam, kataku: 'Beritahu aku tentang perbuatan yang paling kejam yang pernah dibuat oleh kaum musyrikin terhadap Rasulullah SAW? Maka Amru berkata: Ketika Nabi berada di Hijir Ka'bah, tiba-tiba datang Uqbah bin Abu Mu'aith, lalu dibelitkan seutas kain pada tengkuk beliau dan dicekiknya dengan kuat sekali. Maka seketika itu pula datang Abu Bakar ra. lalu dipautnya bahu Uqbah dan ditariknyanya dengan kuat hingga terlepas tangannya dari tengkuk Nabi SAW itu. Abu Bakar berkata kepada Uqbah: 'Apakah engkau hendak membunuh orang yang mengatakan 'Tuhanku ialah Allah!' padahal dia telah membawa keterangan dari Tuhan kamu?!'
(Al-Bidayah Wan-Nihayah 3:46)

Ya Alloh...
Ampuni kelemahan kami...
Ya Alloh..
Kuatkan Usaha Dakwah Di seluruh alam

AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH: GOLONGAN YANG SELAMAT (al Firqah an-Najiyah)


AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH:
GOLONGAN YANG SELAMAT
(al Firqah an-Najiyah)

Maknanya: “…dan sesungguhnya ummat ini akan terpecah menjadi 73 golongan, 72 di
antaranya di neraka dan hanya satu yang di surga yaitu al-Jama’ah”. (H.R. Abu Dawud)
Akal adalah syahid (saksi dan bukti) akan kebenaran syara’. Inilah sebenarnya
yang dilakukan oleh ulama tauhid atau ulama al-kalam (teologi). Yang mereka
lakukan adalah taufiq (pemaduan) antara kebenaran syara’ dengan kebenaran akal,
mengikuti jejak nabi Ibrahim -seperti dikisahkan al-Quran- ketika membantah raja
Namrud dan kaumnya, di mana beliau menundukkan mereka dengan dalil akal.
Fungsi akal dalam agama adalah sebagai saksi bagi kebenaran syara’ bukan sebagai
peletak dasar bagi agama itu sendiri. Berbeda dengan para filosof yang berbicara
tentang Allah, malaikat dan banyak hal lainnya yang hanya berdasarkan penalaran
akal semata. Mereka menjadikan akal sebagai dasar agama tanpa memandang ajaran
yang dibawa para nabi.
Tuduhan kaum Musyabbihah; kaum yang sama sekali tidak memfungsikan
akal dalam agama, terhadap Ahlussunnah sebagai ’Aqlaniyyun (kaum yang hanya
mengutamakan akal) atau sebagai kaum Mu’tazilah atau Afrakh al-Mu’tazilah (anak
bibitan kaum Mu’tazilah) dengan alasan karena lebih mengedepankan akal, adalah
tuduhan yang salah alamat. Ini tidak ubahnya seperti seperti kata pepatah arab
“Qabihul Kalam Silahulliam” (kata-kata yang jelek adalah senjata para pengecut).
Secara singkat namun komprehensif, kita ketengahkan bahasan tentang
Ahlissunnah sebagai al-Firqah an-Najiyah (golongan yang selamat), asal-usulnya,
dasar-dasar ajaran dan sistematikanya.
PEMBAHASAN
Sejarah mencatat bahwa di kalangan umat Islam dari mulai abad-abad
permulaan (mulai dari masa khalifah sayyidina Ali ibn Abi Thalib) sampai sekarang
terdapat banyak firqah (golongan) dalam masalah aqidah yang faham satu dengan
lainnya sangat berbeda bahkan saling bertentangan. Ini fakta yang tak dapat
dibantah. Bahkan dengan tegas dan gamblang Rasulullah telah menjelaskan
bahwa umatnya akan pecah menjadi 73 golongan. Semua ini tentunya dengan
kehendak Allah dengan berbagai hikmah tersendiri, walaupun tidak kita ketahui
secara pasti. Dia-lah yang Maha Mengetahui segala sesuatu.
Namun Rasulullah juga telah menjelaskan jalan selamat yang harus kita
tempuh agar tidak terjerumus dalam kesesatan. Yaitu dengan mengikuti apa yang
diyakini oleh al-Jama’ah; mayoritas umat Islam. Karena Allah telah menjanjikan kepada Rasul-Nya, Muhammad , bahwa umatnya tidak akan tersesat selama
mereka berpegang teguh kepada apa yang disepakati oleh kebanyakan mereka.
Allah tidak akan menyatukan mereka dalam kesesatan. Kesesatan akan menimpa
mereka yang menyempal dan memisahkan diri dari keyakinan mayoritas.
Mayoritas umat Muhammad dari dulu sampai sekarang adalah Ahlussunnah
Wal Jama’ah. Mereka adalah para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka
dalam Ushul al-I’tiqad (dasar-dasar aqidah); yaitu Ushul al-Iman al-Sittah (dasar-dasar
iman yang enam) yang disabdakan Rasulullah dalam hadits Jibril:
Maknanya: “Iman adalah engkau mempercayai Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab- kitab-
Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir serta Qadar (ketentuan Allah); yang baik maupun buruk”.
(H.R. al Bukhari dan Muslim)
Perihal al-Jama’ah dan pengertiannya sebagai mayoritas umat Muhammad
yang tidak lain adalah Ahlussunnah Wal Jama’ah tersebut dijelaskan oleh
Rasulullah dalam sabdanya :
Maknanya: “Aku berwasiat kepada kalian untuk mengikuti sahabat-sahabatku, kemudian --
mengikuti-- orang-orang yang datang setelah mereka, kemudian mengikuti yang datang
setelah mereka“. Dan termasuk rangkaian hadits ini: “Tetaplah bersama al-Jama’ah dan
jauhi perpecahan karena syaitan akan menyertai orang yang sendiri. Dia (syaitan) dari dua
orang akan lebih jauh, maka barang siapa menginginkan tempat lapang di surga hendaklah ia
berpegang teguh pada (keyakinan) al-Jama’ah”. (H.R. at-Turmudzi, ia berkata hadits ini
Hasan Shahih juga hadits ini dishahihkan oleh al-Hakim).
Al-Jama’ah dalam hadits ini tidak boleh diartikan dengan orang yang selalu
menjalankan shalat dengan berjama’ah, jama'ah masjid tertentu atau dengan arti
ulama hadits, karena tidak sesuai dengan konteks pembicaraan hadits ini sendiri
dan bertentangan dengan hadits-hadits lain. Konteks pembicaraan hadits ini jelas
mengisyaratkan bahwa yang dimaksud al-Jama’ah adalah mayoritas umat
Muhammad dari sisi kuantitas.
Penafsiran ini diperkuat juga oleh hadits yang kita tulis di awal pembahasan.
Yaitu hadits riwayat Abu Dawud yang merupakan hadits Shahih Masyhur,
diriwayatkan oleh lebih dari 10 orang sahabat. Hadits ini memberi kesaksian akan
kebenaran mayoritas umat Muhammad bukan kebenaran firqah-firqah yang
menyempal. Jumlah pengikut firqah-firqah yang menyempal ini, dibanding pengikut
Ahlussunnah Wal Jama’ah sangatlah sedikit.
Selanjutnya di kalangan Ahlussunnah Wal Jama’ah dikenal istilah “ulama
salaf”. Mereka adalah orang-orang yang terbaik dari kalangan Ahlusssunnah Wal
Jama’ah yang hidup pada 3 abad pertama hijriyah sebagaimana sabda nabi:
Maknanya: “Sebaik-baik abad adalah abadku kemudian abad setelah mereka kemudian abad setelah mereka”. (H.R. Tirmidzi)
Pada masa ulama salaf ini, di sekitar tahun 260 H, mulai menyebar bid’ah
Mu’tazilah, Khawarij, Musyabbihah dan lainnya dari kelompok-kelompok yang
membuat faham baru. Kemudian dua imam agung; Abu al-Hasan al-Asy’ari (W. 324
H) dan Abu Manshur al-Maturidi (W. 333 H) –semoga Allah meridlai keduanya– datang
dengan menjelaskan aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah yang diyakini para sahabat
nabi dan orang-orang yang mengikuti mereka, dengan mengemukakan dalil-dalil
naqli (nash-nash al-Quran dan Hadits) dan dalil-dalil aqli (argumen rasional) disertai
dengan bantahan-bantahan terhadap syubhat-syubhat (sesuatu yang dilontarkan
untuk mengaburkan hal yang sebenarnya) Mu’tazilah, Musyabbihah, Khawarij
tersebut di atas dan ahli bid’ah lainnya. Sehingga Ahlussunnah dinisbatkan kepada
keduanya. Mereka; Ahlussunnah Wal Jamaah akhirnya dikenal dengan nama al-
Asy’ariyyun (para pengikut imam Abu al-Hasan Asy’ari) dan al-Maturidiyyun (para
pengikut imam Abu Manshur al-Maturidi). Hal ini tidak menafikan bahwa mereka
adalah satu golongan yaitu al-Jama’ah. Karena sebenarnya jalan yang ditempuh oleh
al-Asy’ari dan al-Maturidi dalam pokok aqidah adalah sama dan satu.
Adapun perbedaan yang terjadi di antara keduanya hanya pada sebagian
masalah-masalah furu’ (cabang) aqidah. Hal tersebut tidak menjadikan keduanya
saling menghujat atau saling menyesatkan, serta tidak menjadikan keduanya lepas
dari ikatan golongan yang selamat (al-Firqah al-Najiyah).
Perbedaan antara al-Asy’ariyyah dan al-Maturidiyyah ini adalah seperti halnya
perselisihan yang terjadi antara para sahabat nabi, perihal apakah Rasulullah r
melihat Allah pada saat Mi’raj?. Sebagian sahabat, seperti ‘Aisyah dan Ibn Mas’ud
mengatakan bahwa Rasulullah r tidak melihat Tuhannya pada waktu Mi’raj.
Sedangkan Abdullah ibn 'Abbas mengatakan bahwa Rasulullah r melihat Allah
dengan hatinya. Allah memberi kemampuan melihat kepada hati Nabi Muhammad
r sehingga dapat melihat Allah.
Namun demikian al-Asy’ariyyah dan al-Maturidiyyah ini tetap sepaham dan
sehaluan dalam dasar-dasar aqidah. Al-Hafizh Murtadla az-Zabidi (W. 1205 H)
mengatakan:
“Jika dikatakan Ahlussunnah wal Jama’ah, maka yang dimaksud adalah al-Asy’ariyyah dan
al-Maturidiyyah “. (al-Ithaf, juz 2 hlm 6)
Jadi aqidah yang benar dan diyakini oleh para ulama salaf yang shalih adalah
aqidah yang diyakini oleh al-Asy’ariyyah dan al-Maturidiyyah. Karena sebenarnya
keduanya hanyalah meringkas dan menjelaskan aqidah yang diyakini oleh para nabi
dan rasul serta para sahabat. Aqidah Ahlusssunnah adalah aqidah yang diyakini
oleh ratusan juta umat Islam, mereka adalah para pengikut madzhab Syafi’i, Maliki, Hanafi, serta orang-orang yang utama dari madzhab Hanbali (Fudhala’ al-Hanabilah).
Aqidah ini diajarkan di pesantren-pesantren Ahlussunnah di negara kita, Indonesia.
Dan al-Hamdulillah, aqidah ini juga diyakini oleh ratusan juta kaum muslimin di
seluruh dunia seperti Indonesia, Malaysia, Brunei, India, Pakistan, Mesir (terutama
al-Azhar), negara-negara Syam (Syiria, Yordania, Lebanon dan Palestina), Maroko,
Yaman, Irak, Turki, Daghistan, Checnya, Afghanistan dan masih banyak lagi di
negara-negara lainnya.
Maka wajib bagi kita untuk senantiasa penuh perhatian dan keseriusan dalam
mendalami aqidah al- Firqah al-Najiyah yang merupakan aqidah golongan mayoritas.
Karena ilmu aqidah adalah ilmu yang paling mulia, sebab ia menjelaskan pokok
atau dasar agama. Abu Hanifah menamakan ilmu ini dengan al-Fiqh al-Akbar.
Karenanya, mempelajari ilmu ini harus lebih didahulukan dari mempelajari ilmuilmu
lainnya. Setelah cukup mempelajari ilmu ini baru disusul dengan ilmu-ilmu
yang lain. Inilah metode yang diikuti para sahabat nabi dan ulama rabbaniyyun dari
kalangan salaf maupun khalaf dalam mempelajari agama ini. Tradisi semacam ini
sudah ada dari masa Rasulullah, sebagaimana dikatakan sahabat Ibn 'Umar dan
sahabat Jundub:
Maknanya: “Kami -selagi remaja saat mendekati baligh- bersama Rasulullah mempelajari
iman (tauhid) dan belum mepelajari al-Qur’an. Kemudian kami mempelajari al-Qur’an maka
bertambahlah keimanan kami". (H.R. Ibnu Majah dan dishahihkan oleh al-Hafidz al-
Bushiri).
Ilmu aqidah juga disebut dengan ilmu kalam. Hal tersebut dikarenakan
banyaknya golongan yang mengatas namakan Islam justru menentang aqidah Islam
yang benar dan banyaknya kalam (adu argumentasi) dari setiap golongan untuk
membela aqidah mereka yang sesat.
Tidak semua ilmu kalam itu tercela, sebagaimana dikatakan oleh golongan
Musyabbihah (kelompok yang menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya). Akan
tetapi ilmu kalam terbagi menjadi dua bagian: ilmu kalam yang terpuji dan ilmu
kalam yang tercela. Ilmu kalam yang kedua inilah yang menyalahi aqidah Islam
karena sengaja dikarang dan ditekuni oleh golongan-golongan yang sesat seperti
Mu’tazilah, Musyabbihah (golongan yang menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya,
sepeti kaum Wahabiyyah) dan ahli bid’ah lainnya. Adapun ilmu kalam yang terpuji
ialah ilmu kalam yang dipelajari oleh Ahlussunah untuk membantah golongan yang
sesat. Dikatakan terpuji karena pada hakekatnya ilmu kalam Ahlussunnah adalah
taqrir dan penyajian prinsip-prinsip aqidah dalam formatnya yang sistematis dan
argumentatif; dilengkapi dengan dalil-dalil naqli dan aqli.
Dasar-dasar ilmu kalam ini telah ada di kalangan para sahabat. Di antaranya,
sahabat 'Ali ibn Abi Thalib dengan argumentasinya yang kuat dapat mengalahkan
golongan Khawarij, Mu’tazilah juga dapat membantah empat puluh orang yahudi
yang meyakini bahwa Allah adalah jism (benda). Demikian pula sahabat 'Abdullah ibn Abbas, al-Hasan ibn 'Ali ibn Abi Thalib dan 'Abdullah ibn Umar juga
membantah kaum Mu’tazilah. Sementara dari kalangan tabi’in; imam al-Hasan al-
Bashri, imam al-Hasan ibn Muhamad ibn al-Hanafiyyah; cucu sayyidina Ali ibn Abi
Thalib dan khalifah Umar ibn Abdul Aziz juga pernah membantah kaum Mu’tazilah.
Kemudian juga para imam dari empat madzhab; imam Syafi’i, imam Malik, imam
Abu Hanifah, dan imam Ahmad juga menekuni dan menguasai ilmu kalam ini.
Sebagaimana dituturkan oleh al-Imam Abu Manshur al-Baghdadi (W 429 H) dalam
kitab Ushul ad-Din, al-Hafizh Abu al-Qasim ibn ‘Asakir (W 571 H) dalam
kitabTabyin Kadzib al Muftari, al-Imam az-Zarkasyi (W 794 H) dalam kitab Tasynif al-
Masami’ dan al 'Allamah al Bayyadli (W 1098 H) dalam kitab Isyarat al-Maram dan
lain-lain.
Allah berfirman:
Maknanya: “Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) kecuali Allah dan mohonlah ampun atas dosamu". (Q.S. Muhammad :19)
Ayat ini dengan sangat jelas mengisyaratkan keutamaan ilmu ushul atau tauhid.
Yaitu dengan menyebut kalimah tauhid (la ilaha illallah) lebih dahulu dari pada
perintah untuk beristighfar yang merupakan furu’ (cabang) agama.
Ketika Rasulullah r ditanya tentang sebaik-baiknya perbuatan, beliau
menjawab:
Maknanya: “Iman kepada Allah dan rasul-Nya”. (H.R. Bukhari)
Bahkan dalam sebuah hadits Rasulullah r mengkhususkan dirinya sebagai orang
yang paling mengerti dan faham ilmu tauhid, beliau bersabda:
Maknanya: “Akulah yang paling mengerti di antara kalian tentang Allah dan paling takut
kepada-Nya”. (H.R. Bukhari)
Karena itu, sangat banyak ulama yang menulis kitab-kitab khusus mengenai
penjelasan aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah ini. Seperti Risalah al-'Aqidah ath-
Thahawiyyah karya al-Imam as-Salafi Abu Ja’far ath-Thahawi (W 321 H), kitab al
‘Aqidah an-Nasafiyyah karangan al Imam ‘Umar an-Nasafi (W 537 H), al-‘Aqidah al-
Mursyidah karangan al-Imam Fakhr ad-Din ibn ‘Asakir (W 630 H), al 'Aqidah ash-
Shalahiyyah yang ditulis oleh al-Imam Muhammad ibn Hibatillah al-Makki (W 599
H); beliau menamakannya Hadaiq al-Fushul wa Jawahir al Uqul, kemudian
menghadiahkan karyanya ini kepada sultan Shalahuddin al-Ayyubi (W 589 H).
Tentang risalah aqidah yang terakhir disebutkan, sultan Shalahuddin sangat tertarik
dengannya hingga beliau memerintahkan untuk diajarkan sampai kepada anakanak
kecil di madrasah-madrasah, yang akhirnya risalah aqidah tersebut dikenal
dengan nama al 'Aqidah ash-Shalahiyyah.
Sulthan Shalahuddin adalah seorang ‘alim yang bermadzhab Syafi’i,
mempunyai perhatian khusus dalam menyebarkan al 'Aqidah as-Sunniyyah. Beliau memerintahkan para muadzdzin untuk mengumandangkan al 'Aqidah as-Sunniyyah
di waktu tasbih (sebelum adzan shubuh) pada setiap malam di Mesir, seluruh negara
Syam (Syiria, Yordania, Palestina dan Lebanon), Mekkah, Madinah, dan Yaman
sebagaimana dikemukakan oleh al Hafizh as-Suyuthi (W 911 H) dalam al Wasa-il ila
Musamarah al Awa-il dan lainnya. Sebagaimana banyak terdapat buku-buku yang
telah dikarang dalam menjelaskan al 'Aqidah as-Sunniyyah dan senantiasa penulisan
itu terus berlangsung.
Kita memohon kepada Allah semoga kita meninggal dunia dengan membawa
aqidah Ahlissunah Wal Jamaah yang merupakan aqidah para nabi dan rasul Allah.
Amin. []
KOMENTAR PARA ULAMA TENTANG AQIDAH ASY'ARIYYAH; AQIDAH
AHLUSSUNNAH WAL JAMA'AH
As-Subki dalam Thabaqatnya berkata: "Ketahuilah bahwa Abu al-Hasan al-
Asy'ari tidak membawa ajaran baru atau madzhab baru, beliau hanya menegaskan
kembali madzhab salaf, menghidupkan ajaran-ajaran sahabat Rasulullah. Penisbatan
nama kepadanya karena beliau konsisten dalam berpegang teguh ajaran salaf,
hujjah (argumentasi) yang beliau pakai sebagai landasan kebenaran aqidahnya juga
tidak keluar dari apa yang menjadi hujjah para pendahulunya, karenanya para
pengikutnya kemudian disebut Asy'ariyyah. Abu al-Hasan al-Asy'ari bukanlah
ulama yang pertama kali berbicara tentang Ahlussunnah wal Jama'ah, ulama-ulama
sebelumya juga banyak berbicara tentang Ahlussunnah wal Jama'ah. Beliau hanya
lebih memperkuat ajaran salaf itu dengan argumen-argumen yang kuat. Bukankah
penduduk kota Madinah banyak dinisbatkan kepada Imam Malik, dan pengikutnya
disebut al Maliki. Ini bukan berarti Imam Malik membawa ajaran baru yang sama
sekali tidak ada pada para ulama sebelumnya, melainkan karena Imam Malik
menjelaskan ajaran-ajaran lama dengan penjelasan yang lebih rinci dan sistematis..
demikian juga yang dilakukan oleh Abu al-Hasan al-Asy'ari".
Habib Abdullah ibn Alawi al-Haddad menegaskan bahwa "kelompok yang
benar adalah kelompok Asy'ariyah yang dinisbatkan kepada Imam Asy'ari.
Aqidahnya juga aqidah para sahabat dan tabi'in, aqidah ahlul haqq dalam setiap
masa dan tempat, aqidahnya juga menjadi aqidah kaum sufi sejati. Hal ini
sebagaimana diceritakan oleh Imam Abul Qasim al-Qusyayri. Dan alhamdulillah
aqidahnya juga menjadi aqidah kami dan saudara-saudara kami dari kalangan
habaib yang dikenal dengan keluarga Abu Alawi, juga aqidah para pendahulu kita.
Kemudian beliau melantunkan satu bait sya'ir:
وكن أشعريا في اعتقادك إنه هو المنهل الصافي عن الزيغ والكفر
"Jadilah pengikut al Asy'ari dalam aqidahmu, karena ajarannya adalah sumber yang
bersih dari kesesatan dan kekufuran".
Ibnu 'Abidin al Hanafi mengatakan dalam Hasyiyah Radd al Muhtar 'ala ad-Durr
al Mukhtar : "Ahlussunnah Wal Jama'ah adalah al Asya'irah dan al Maturidiyyah".
Dalam kitab 'Uqud al Almas al Habib Abdullah Alaydrus al Akbar mengatakan :
"Aqidahku adalah aqidah Asy'ariyyah Hasyimiyyah Syar'iyyah sebagaimana aqidah
para ulama madzhab syafi'i dan Kaum Ahlussunnah Shufiyyah". Bahkan jauh
sebelum mereka ini Al Imam al 'Izz ibn Abd as-Salam mengemukakan bahwa
aqidah al Asy'ariyyah disepakati oleh kalangan pengikut madzhab Syafi'i, madzhab
Maliki, madzhab Hanafi dan orang-orang utama dari madzhab Hanbali (Fudlala al
Hanabilah). Apa yang dikemukakan oleh al 'Izz ibn Abd as-Salam ini disetujui oleh
para ulama di masanya, seperti Abu 'Amr Ibn al Hajib (pimpinan ulama Madzhab
Maliki di masanya), Jamaluddin al Hushayri pimpinan ulama Madzhab Hanafi di
masanya, juga disetujui oleh al Imam at-Taqiyy as-Subki sebagaimana dinukil oleh
putranya Tajuddin as-Subki.
GARIS BESAR AQIDAH ASY'ARIYYAH
Secara garis besar aqidah asy'ari yang juga merupakan aqidah ahlussunnah
wal jama'ah adalah meyakini bahwa Allah ta'ala maha Esa dan tidak ada sekutu
bagi-Nya, Allah bukanlah benda yang bisa digambarkan juga bukan benda yang
berbentuk dan berukuran. Allah tidak serupa dengan sesuatupun dari makhluk-Nya
(laysa kamitslihi syai'). Allah ada dan tidak ada permulaan atau penghabisan bagi
ada-Nya, Allah maha kuasa dan tidak ada yang melemahkan-Nya, serta Ia tidak
diliputi arah. Ia ada sebelum menciptakan tempat tanpa tempat, Iapun ada setelah
menciptakan tempat tanpa tempat. tidak boleh ditanyakan tentangnya kapan,
dimana dan bagaimana ada-Nya. Ia ada tanpa terikat oleh masa dan tempat. Maha
suci Allah dari bentuk (batasan), batas akhir, sisi-sisi, anggota badan yang besar dan
anggota badan yang kecil. Ia tidak diliputi satu arah atau enam arah penjuru. Ia
tidak seperti makhluk-Nya. Allah maha suci dari duduk, bersentuhan, bersemayam,
menyatu dengan makhluk-Nya, berpindah-pindah dan sifat-sifat makhluk lainnya.
Ia tidak terjangkau oleh fikiran dan Ia tidak terbayang dalam ingatan, karena
apapun yang terbayang dalam benakmu maka Allah tidak seperti itu. Ia maha
hidup, maha mengetahui, maha kuasa, maha mendengar dan maha melihat. Ia
berbicara dengan kalam-Nya yang azali sebagaimana sifat-sifat-Nya yang lain juga
azali, karena Allah berbeda dengan semua makhluk-Nya dalam dzat, sifat dan
perbuatan-Nya. Barang siapa menyifati Allah dengan sifat makhluknya sungguh ia
telah kafir.
Allah yang telah menciptakan makhluk dan perbuatan-perbuatan-Nya, Ia juga
yang mengatur rizki dan ajal mereka. Tidak ada yang bisa menolak ketentuan-Nya
dan tidak ada yang bisa menghalangi pemberian-Nya. Ia berbuat dalam kerajaan-
Nya ini apa yang Ia kehendaki. Ia tidak ditanya perihal perbuatan-Nya melainkan
hamba-Nyalah yang akan diminta pertanggungjawaban atas segala perbuatan-Nya.
Apa yang Ia kehendaki pasti terlaksana dan yang tidak Ia kehendaki tidak akan terjadi. Ia disifati dengan kesempurnaan yang pantas bagi-Nya dan Ia maha suci
dari segala bentuk kekurangan.
Nabi Muhammad adalah penutup para nabi dan penghulu para rasul. Ia
diutus Allah ke muka bumi ini untuk semua penduduk bumi, jin maupun manusia.
Ia jujur dalam setiap apa yang disampaikannya. []

diskusi antara ibnu qoyyim dan ibnu katsir RA

-_IBNU QOYYIM VS IBNU KATSIR RA_-

-Berkata alhafidz IBNU HAJAR RA dlm kitabnya ad durorul kaminah hal 17 juz 1 bab alhamzah:IBROHIM BIN MUHAMAD BIN ABI BAKAR ALJAUZIYAH yg lebih dikenal dgn IBNU QOYIM,diceritakan dari ad dzahabi dlm ALMU'JAM ALMUKHTAS bhw sesungguhnya telah terjadi perselisihan antara IBNU QOYIM dgn IBNU KATSIR dalam masalah mengajar masarakat,maka IBNU KATSIR RA berkata kpd IBNU QOYIM 'engkau benci padaku karena sesungguhnya aku termasuk golongan ASY'ARI!! maka IBNU QOYIM berkata:seandainya dari ujung rambutmu sampai telapak kakimu tumbuh bulu,maka tdk akan ADA mempercayai ucapanmu bhw engkau adalah pengikut ASY'ARI sedangkan gurumu adalah IBNU TAEMIYAH-pent.telah berkata IMAM IBNU ROFI pensyarah alfiyah IBNU MALIK,bhw IBNU KATSIR seorang yg ahli dalam ilmu nahwu dan fiqh mengikuti jalan ayahNYA dan belajar di banyak tempat,dan beliau wafat bulan sofar thn 767 H(ad durorul kaminah 1/19)
*Aqidah IBNU KATSIR RA adalah aqidah ahlusunah wal jamaah al asy'ariyah,dan fakta hal tsbt selain dari tulisan ibnu hajar al asqolani RA di atas,juga bisa di lht dlm ktb-ktb beliau!
* 1-contoh dlm menafsirkan sifat ISTAWA(QS THOHA 5),beliau berkata:آمرارها گما جائت من غير تكييف ولا تشبيه ولا تعطيل و-(الظاهر المتادر آلي آدهان المشبهين منفي عن الله)آنتهي
artinya:bahwa aqidah salaf menjalankan lafad tsbt seperti adanya,dgn tidak takyif,tasybih,ta'til dan (makna dohir yg cepat difahami orang,itu dinafikan dari ALLAH)-pent.
-lht yg dikurung 'IBNU KASIR MENAFIKAN MAKNA DOHIR yang memang mudah terlintas di hati yaitu 'SEMAYAM'.inilah madhab salaf yaitu takwil dgn tidak memberi kaef,tasbih,ta'til dan tdk mengambil makna dohir,mereka tafwid dan diam dlm hal ayat sifat..
*_*tapi coba kita lihat kaum wahabi yg mengaku salafi mereka berkata bahwa istiwa adalah al uluw bil istiqror:diatas dgn menempat,dan mereka menyatakan istiwa haqiqat yaitu dzat yg semayam,ayo bandingkan beda ga? salafi atau salepin??
*2-juga lht tafsir beliau dlm(QS AL IMRON 73):Katakanlah sesungguhnya karunia itu ditangan ALLAH dan diberikan pada siapa yg dikehendakinya'.beliau mentakwil kata TANGAN dgn:آي الآمور كلها تحت تصرفه وهو المعطي المانع يمن من يشاء بالآيمان و العلم و يضل من يشاء فيعمي بصره وبصيرته و يختم علي قلبه و سمعه
artinya:semua urusan di bawah kehendakNYA. ALLAH yg memberi dan menahan,memberi karunia dgn iman dan ilmu bagi siapapun yg dikehendakinya,juga menyesatkan siapapun dgn dibutakan matahatinya dan ditUtup PENDENGARANNYA,DAN DIKUNCI HATINYA-PENT.
*-3-JUGA LIHAT DALAM KITAB ALBIDAYAH WA NIHAYAH KARANGAN BELIAU,BAGAIMANA BELIAU TELAH MENYAMPAIKAN PENDAPAT IMAM AHMAD BIN HAMBAL YG MENTAKWIL AYAT:DAN TELAH DATANG ROBBMU(ALFAJR 22),DGN 'INAHU JA'A SAWABUH:SESUNGGUHNYA TELAH DATANG PAHALANYA',DAN ALBAIHAQI MENGATAKAN ISNAD TDK BERDEBU(SOHEH)(ALBIDAYAH JUZ 10/354)
*TAPI ORANG2 SALAFI MENGATAKAN BAHWA TAKWIL ADALAH MUATTIL..huACHIHH..
-WA SOLALLOHU ALA SAYIDINA MUHAMMAD WA ALA ALIHI WA SOHBIHI WA SALAM-
Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh ^_^
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Q.S. At Taubah: 103)
Dari Bahz Ibnu Hakim, dari ayahnya, dari kakeknya Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Pada setiap 40 ekor unta yang dilepas mencari makan sendiri, zakatnya seekor anak unta betina yang umurnya memasuki tahun ketiga. Tidak boleh dipisahkan anak unta itu untuk mengurangi perhitungan zakat. Barangsiapa memberinya karena mengharap pahala, ia akan mendapat pahala. Barangsiapa menolak untuk mengeluarkannya, kami akan mengambilnya beserta setengah hartanya karena ia merupakan perintah keras dari Tuhan kami. Keluarga Muhammad tidak halal mengambil zakat sedikit pun." Riwayat Ahmad, Abu Dawud, dan Nasa'i. Hadits shahih menurut Hakim. Syafi'i memberikan komentar atas ketetapan hadits ini.
Menurut riwayat Tirmidzi dari Ibnu Umar r.a: "Barangsiapa memanfaatkan (mengembangkan) harta, tidak wajib zakat atasnya kecuali setelah mencapai masa setahun." Hadits mauquf.
Dari Abdullah Ibnu Aufa bahwa biasanya bila suatu kaum datang membawa zakat kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, beliau berdoa: "Ya Allah, berilah rahmat atas mereka." Muttafaq Alaihi.
Barangkali bentuk penghasilan yang paling menyolok pada zaman sekarang ini adalah apa yang diperoleh dari pekerjaan dan profesinya.
Pekerjaan yang menghasilkan uang ada dua macam. Pertama adalah pekerjaan yang dikerjakan sendiri tanpa tergantung kepada orang lain, berkat kecekatan tangan ataupun otak. Penghasilan yang diperoleh dengan cara ini merupakan penghasilan profesional, seperti penghasilan seorang doktor, insinyur, advokat seniman, penjahit, tukang kayu dan lain-lainnya.
Yang kedua, adalah pekerjaan yang dikerjakan seseorang buat pihak lain-baik pemerintah, perusahaan, maupun perorangan dengan memperoleh upah, yang diberikan, dengan tangan, otak, ataupun kedua- duanya. Penghasilan dari pekerjaan seperti itu berupa gaji, upah, ataupun honorarium.
Wajibkah kedua macam penghasilan yang berkembang sekarang itu dikeluarkan zakatnya ataukah tidak? Bila wajib, berapakah nisabnya, besar zakatnya, dan bagaimana tinjauan fikih Islam tentang masalah itu?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut perlu sekali memperoleh jawaban pada masa sekarang, supaya setiap orang mengetahui kewajiban dan haknya. Bentuk-bentuk penghasilan dengan bentuknya yang modern, volumenya yang besar, dan sumbernya yang luas itu, merupakan sesuatu yang belum dikenal oleh para ulama fikih pada masa silam. Kita menguraikan jawaban pertanyaan-pertanyaan tersebut dalam tiga pokok fasal:
1. Pandangan fikih tentang penghasilan dan profesi, serta pendapat para ulama fikih pada zaman dulu dan sekarang tentang hukumnya, serta penjelasan tentang pendapat yang kuat.
2. Nisab, besarnya, dan cara menetapkannya.
3. Besar zakatnya.
Adapun Jenis-jenis Zakat (di sini tanpa dicantumkan zakat Fitrah, maaf ^_^) adalah sebagai berikut :
A. Zakat Perdagangan
1. Ketentuan :
a. Telah mencapai haul
b. Mencapai nishab 85 gr emas
c. Besar zakat 2,5 %
d. Dapat dibayar dengan barang atau uang
e. Berlaku untuk perdagangan secara individu atau badan usaha ( CV, PT, koperasi)

2. Cara Hitung :
Zakat Perdagangan = ( Modal yang diputar + keuntungan + piutang yang dapat dicairkan ) – (hutang-kerugian) x 2,5 %

B. Zakat Pertanian (sedikit hadits tentang zakat Peternakan)
Dari Salim Ibnu Abdullah, dari ayahnya r.a, bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Tanaman yang disiram dengan air hujan atau dengan sumber air atau dengan pengisapan air dari tanah, zakatnya sepersepuluh, dan tanaman yang disiram dengan tenaga manusia, zakatnya seperduapuluh." Riwayat Bukhari. Menurut riwayat Abu Dawud: "Bila tanaman ba'al (tanaman yang menyerap air dari tanah), zakatnya sepersepuluh, dan tanaman yang disiram dengan tenaga manusia atau binatang, zakatnya setengah dari sepersepuluh (1/20)."
Dari Bahz Ibnu Hakim, dari ayahnya, dari kakeknya Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Pada setiap 40 ekor unta yang dilepas mencari makan sendiri, zakatnya seekor anak unta betina yang umurnya memasuki tahun ketiga. Tidak boleh dipisahkan anak unta itu untuk mengurangi perhitungan zakat. Barangsiapa memberinya karena mengharap pahala, ia akan mendapat pahala. Barangsiapa menolak untuk mengeluarkannya, kami akan mengambilnya beserta setengah hartanya karena ia merupakan perintah keras dari Tuhan kami. Keluarga Muhammad tidak halal mengambil zakat sedikit pun." Riwayat Ahmad, Abu Dawud, dan Nasa'i. Hadits shahih menurut Hakim. Syafi'i memberikan komentar atas ketetapan hadits ini.
1. Ketentuan :
Mencapai nishab 653 kg gabah atau 520 kg jika yang dihasilkan adalah makanan pokok
Jika selain makanan pokok, maka nishabnya disamakan dengan makanan pokok paling 2 2. umum di daerah

2. Cara Hitung
a. Kadar zakat apabila diairi dengan air hujan, sungai, atau mata air, maka 10 %
b. Kadar zakat jika diairi dengan cara disiram (dengan menggunakan lat) atau irigasi maka 5. 5. zakatnya 5 %

C. Zakat Emas dan Perak
Dari Jabir bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Tak ada zakat pada perak yang kurang dari 5 auqiyah (600 gram), unta yang jumlahnya kurang dari 5 ekor, dan kurma yang kurang dari 5 ausaq (1050 liter)." Riwayat Muslim.

Dari Amar Ibnu Syu'aib, dari ayahnya, dari kakeknya Radliyallaahu 'anhu bahwa seorang perempuan datang kepada Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersama putrinya yang mengenakan dua gelang emas ditangannya. Lalu beliau bertanya: "Apakah engkau mengeluarkan zakat gelang ini?" Dia menjawab: Tidak. Beliau bersabda: "Apakah engkau senang pada hari kiamat nanti Allahakan menggelangi kamu dengan dua gelang api neraka?" Lalu perempuan itu melepaskan kedua gelang tersebut. Riwayat Imam Tiga dengan sanad yang kuat. Hadits shahih menurut Hakim dari hadits 'Aisyah.

1. Ketentuan :
a. Mencapai haul
b. Mencapai nishab, 85 gr emas murni atau 595 gr perak
c. Besar zakat 2,5 %

2. Cara Hitung
a. Jika emas/perak tidak dipakai atau dipakainya hanya setahun sekali Zakat emas/perak = emas yang dimiliki x harga emas x 2,5 %
b. Jika emas/perak dipakai Zakat emas/perak = (emas yang dimiliki - emas yang dipakai) x harga emas x 2,5 %

D. Zakat Profesi
Dari Ibnu Abbas r. bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengutus Mu'adz ke negeri Yaman --ia meneruskan hadits itu-- dan didalamnya (beliau bersabda): "Sesungguhnya Allah telah mewajibkan mereka zakat dari harta mereka yang diambil dari orang-orang kaya di antara mereka dan dibagikan kepada orang-orang fakir di antara mereka." Muttafaq Alaihi dan lafadznya menurut Bukhari.

1. Ketentuan
Nisab sebesar 5 wasaq / 652,8 kg gabah setara 520 kg beras. Besar zakat profesi yaitu 2,5 %.

2. Cara Hitung
a. Menghitung dari pendapatan kasar (brutto) Besar Zakat Profesi = Pendapatan total x 2,5 %
b. Menghitung dari pendapatan bersih (netto) Besar Zakat Profesi = ( Pendapatan total-Pengeluaran Perbulan) x 2,5 %

Pengeluaran per bulan adalah pengeluaran kebutuhan primer (sandang, pangan, papan ).

Menurut Syaikh Yusuf Qaradhawy, sangat dianjurkan untuk menghitung zakat dari pendapatan kasar (brutto),
untuk lebih menjaga kehati-hatian.

E. Zakat Simpanan
1. Ketentuan
Uang simpanan dikenakan zakat dari jumlah saldo akhir bila telah mencapai haul. Besarnya nisab senilai 85 gr emas. Besar zakat yang harus dikeluarkan 2,5 %
2. Cara Hitung
a. Zakat simpanan Tabungan Saldo akhir : saldo akhir - Bagi hasil/bunga
Besarnya zakat : 2,5 % x saldo akhir
b. Zakat Simpanan Deposito
Penghitungan sama dengan zakat simpanan Tabungan.

F. Zakat Rikaz (Harta Peninggalan Purbakala) (karena jarang, jadi tidak dimasukkan di gambar)
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Zakat rikaz (harta peninggalan purbakala) adalah seperlima." Muttafaq Alaihi

Dari Amar Ibnu Syu'aib dari ayahnya, dari kakeknya Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Tentang harta simpanan yang ditemukan seseorang di suatu tempat yang tidak berpenghuni. Jika engkau menemukannya pada kampung yang dihuni orang, maka umumkan. Jika engkau menemukannya pada kampung yang tidak dihuni orang, maka zakatnya sebagai rikaz itu seperlima." Dikeluarkan oleh Ibnu Majah dengan sanad hasan

Dari Bilal Ibnu Harits Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengambil zakat dari barang-barang tambang di Qalibiyah. Riwayat Abu Dawud

Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana (Q.S. At Taubah: 60)

Penjelasan Ayat :
Yang berhak menerima zakat ialah:
1. Orang fakir: orang yang amat sengsara hidupnya, tidak mempunyai harta dan tenaga untuk memenuhi penghidupannya.
2. Orang miskin: orang yang tidak cukup penghidupannya dan dalam keadaan kekurangan.
3. Pengurus zakat: orang yang diberi tugas untuk mengumpulkan dan membagikan zakat.
4. Muallaf: orang kafir yang ada harapan masuk Islam dan orang yang baru masuk Islam yang imannya masih lemah.
5. Memerdekakan budak: mencakup juga untuk melepaskan muslim yang ditawan oleh orang-orang kafir.
6. Orang berhutang: orang yang berhutang karena untuk kepentingan yang bukan maksiat dan tidak sanggup membayarnya. Adapun orang yang berhutang untuk memelihara persatuan umat Islam dibayar hutangnya itu dengan zakat, walaupun ia mampu membayarnya.
7. Pada jalan Allah (sabilillah): yaitu untuk keperluan pertahanan Islam dan kaum muslimin. Di antara mufasirin ada yang berpendapat bahwa fisabilillah itu mencakup juga kepentingan-kepentingan umum seperti mendirikan sekolah, rumah sakit dan lain-lain.
8. Orang yang sedang dalam perjalanan yang bukan maksiat mengalami kesengsaraan dalam perjalanannya.

Sumber :
• Al-Qur’an Al-Kariim
• Syaikhul Islam Al-Allamah DR. Yusuf Al-Qardhawi Hafidhohullahu, Hukum Zakat, Studi Komparatif Mengenai Status dan Filsafat Zakat Berdasarkan Qur'an dan Hadis. Penerbit: Litera AntarNusa dan Mizan, Jakarta Pusat Cetakan Keempat 1996
• Al-Allamah Al-Muhaddits Al-Hafidh Al-Imam Ibnu Hajar Al-Asqalany Rahimahullah, Al Buluughul Maroom min Adillatil Ahkaam, Pustaka Al-Hidayah
• Bayan Rumah Zakat Tentang Ketentuan dan Nishob Zakat.

Semoga Bermanfaat. Baarokallahu lii walakum
Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh ^_^