HAKIKAT TAWASUL

QS 2:37

فَتَلَقَّى آدَمُ مِن رَّبِّهِ كَلِمَاتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

“Kemudian Nabi Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang”.

“Kalimat" yang dimaksud di atas, sebagaimana diterangkan oleh ahli tafsir berdasarkan sejumlah hadits adalah tawassul kepada Nabi Muhammad SAW, yang sekalipun belum lahir namun sudah dikenalkan namanya oleh Allah SWT, sebagai nabi akhir zaman.

2. Imam Hakim Annisabur meriwayatkan dari Umar berkata, bahwa Nabi bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : لما اقترف آدم الخطيئة قال : يا ربى ! إنى أسألك بحق محمد لما غفرتنى فقال الله : يا آدم كيف عرفت محمدا ولم أخلقه قال : يا ربى لأنك لما خلقتنى بيدك ونفخت فيّ من روحك رفعت رأسى فرأيت على قوائم العرش مكتوبا لاإله إلا الله محمد رسول الله فعلمت أنك لم تضف إلى إسمك إلا أحب الخلق إليك فقال الله : صدقت يا آدم إنه لأحب الخلق إلي، ادعنى بحقه فقد غفرت لك، ولولا محمد ما خلقتك (أخرجه الحاكم فى المستدرك وصححه ج : 2 ص: 615)

“Rasulullah s.a.w. bersabda: “Ketika Adam melakukan kesalahan, lalu ia berkata Ya Tuhanku, sesungguhnya aku memintaMu melalui Muhammad agar Kau ampuni diriku”. Lalu Allah berfirman: “Wahai Adam, darimana engkau tahu Muhammad padahal belum aku jadikan?” Adam menjawab:”Ya Tuhanku ketika Engkau ciptakan diriku dengan tanganMu dan Engkau hembuskan ke dalamku sebagian dari ruh-Mu, maka aku angkat kepalaku dan aku melihat di atas tiang-tiang Arash tertulis “Laailaaha illallaah muhamadun rasulullah” maka aku mengerti bahwa Engkau tidak akan mencantumkan sesuatu kepada nama-Mu kecuali nama mahluk yang paling Engkau cintai”. Allah menjawab: “Benar Adam, sesungguhnya ia adalah mahluk yang paling Aku cintai, bredoalah dengan melaluinya maka Aku telah mengampunimu, dan andaikan tidak ada Muhammad maka tidaklah Aku menciptakanmu”

Imam Hakim berkata bahwa hadis ini adalah shohih dari segi sanadnya. Demikian juga Imam Baihaqi dalam kitabnya Dalail An-Nubuwwah, Imam Qostholany dalam kitabnya Al-Mawahib 2/392 , Imam Zarqoni dalam kitabnya Syarkhu Al-Mawahib Laduniyyah 1/62, Imam Subuki dalam kitabnya Shifa’ As-Saqom dan Imam Suyuti dalam kitabnya Khosois An-Nubuwah, mereka semua mengatakan bahwa hadis ini adalah shohih.

Dan dalam riwayat lain, Imam Hakim meriwayatkan dari Ibnu Abbas dengan redaksi:

فلولا محمد ما خلقت آدم ولا الجنة ولا النار (أخرجه الحاكم فى المستدرك ج: 2 وص:615

Beliau mengatakan bahwa hadis ini adalah shohih dari segi sanad, demikian juga Syekh Islam Al-bulqini dalam fatawanya mengatakan bahwa ini adalah shohih, dan Syekh Ibnu Jauzi memaparkan dalam permulaan kitabnya Al-wafa’ , dan dinukil oleh Ibnu Kastir dalam kitabnya Bidayah Wannihayah 1/180. Walaupun dalam menghukumi hadis ini tidak ada kesamaan dalam pandangan ulama’, hal ini disebabkan perbedaan mereka dalam jarkh wattta’dil (penilaian kuat dan tidak) terhadap seorang rowi, akan tetapi dapat diambil kesimpulan bahwa tawassul terhadap Nabi Muhammad SAW adalah boleh.

BIOGRAFI PENDIRI AHMADIYYAH

Ghulam Ahmad, demikianlah nama pendiri jamaah Ahmadiyah yang terkenal akan kesesatannya itu. Namun sayang, tak banyak orang mengenali sosok Mirza Ghulam Ahmad dengan keanehan dan kesesatannya sehingga tak sedikit yang terjerumus mengikutinya dan meninggalkan Agama yang Haq ini (Islam).
Mirza Ghulam Ahmad yang lahir pada tahun 1839M menceritakan bahwa ayahnya bernama Atha Murtadha berkebangsaan mongol. (Kitab Al-Bariyyah, hal. 134, kary. Mirza Ghulam Ahmad). Namun anehnya, ia juga mengatakan “Kelurga dari Mongol, tetapi berdasarkan firman Allah, tampaknya keluargaku berasal dari Persia, dan aku yakin ini. Sebab tidak ada yang mengetahui seluk-beluk keluargaku seperti berita yang datang dari Allah Ta’ala.” (Hasyiah Al-Arba’in, no.2 hal.17, karya Mirza Ghulam Ahmad). Dia juga pernah berkata, “Aku pernah membaca beberapa tulisan ayahku dan kakekku, kalau mereka berasal dari suku mongol, tetapi Allah mewahyukan kepadaku bahwa aku dari bangsa Persia.” (Dhamimah Haqiqatil Wahyi, hal.77, kary. Mirza Ghulam Ahmad). Yang anehnya lagi, ia juga pernah mengaku sebagai keturunan Fathimah bin Muhammad. (lihat Tuhfah Kolart, hal. 29).
Aneh memang jika kita menelusuri asal usul Mirza Ghulam Ahmad. Dari asal-usul yang gak jelas inilah yang kemudian lahir juga pemahaman-pemahaman yang aneh dan menyesatkan.
Keadaan Keluarga Mirza Ghulam Ahmad
Mirza Ghulam Ahmad, pendiri jamaah ahmadiyah ini menceritakan keadaan keluarganya yang ditulisnya dalam kitab Tuhfah Qaishariyah, hal 16 karangannya, ia berkata, “Ayahku memiliki kedudukan dikantor pemerintahan. Dia termasuk orang yang dipercaya pemerintah Inggris. Dia juga pernah membantu pemerintah untuk memberontak penjajah Inggris dengan memberikan bantuan kuda dan pasukan. Namun sesudah itu, keluargaku mengalami krisis dan kemunduran, sehingga menjadi petani yang melarat.”
Kebodohan-kebodohan Mirza Ghulam Ahmad
Ia berkata, “Sesungguhnya saat Rasulullah dilahirkan, beberapa hari kemudian ayahnya meninggal.” (Lihat Baigham Shulh, hal.19 karyanya).
Kata apa yang pantas kita juluki untuk orang yang satu ini, kalau bukan “bodoh” ? Padahal yang benar adalah bahwa ayah Rasulullah meninggal ketika beliau berada dalam kandungan ibunya.
Kebodohan lainnya nampak jelas dalam kitabnya Ainul Ma’rifah hal.286, ia berkata, “Rasulullah memiliki sebelas anak dan semuanya meninggal.”
Padahal, yang benar adalah bahwa beliau (Rasulullah) hanya memiliki  6 orang anak  (+ Ibrahim = 7 0rang anak, 4 perempuan dan 3 laki-laki)
Bagaimana mungkin orang seperti Mirza Ghulam Ahmad ini mengaku Al-Masih ?
Kebejatan Mirza Ghulam Ahmad
Orang yang diagung-agungkan oleh pengikutnya ini memiliki banyak kebejatan yang tak layak dimiliki oleh orang yang mengaku beriman kepada Allah dan Rasulullah. Ia tidak hanya menghina para ulama, bahkan ia juga menghina Para Rasul-rasul Allah.
Banyak dari kalangan ulama pada masanya yang menentang ajaran-ajaran “nyeleh” dedongkot Ahmadiyah ini. Bukannya membantah dengan bukti-bukti, Mirza Ghulam Ahmad malah menghina dengan mengatakan, “Orang-orang yang menentangku, mereka lebih najis dari Babi.” (Najam Atsim, hal.21 karyanya)
Ia juga pernah mengatakan, “Sesungguhnya Muhammad hanya memiliki tiga ribu mukjizat saja, sedangkan aku memiliki lebih dari satu juta jenis.” (Tadzkirah Syahadatain, hal.72, karyanya)
Tidak puas menghina Rasulullah Muhammad shallallahu’alaihi wasallam, Mirza Ghulam Ahmad juga menghina Nabi Isa dengan mengatakan, “Sesungguhnya Isa tidak mampu mengatakan dirinya sebagai orang sholih, sebab orang-orang mengetahui kalau dia suka minum-minuman keras dan perilakunya tidak baik.” (Hasyiyah Sitt Bahin, hal.172, karyanya).
Masih tidak puas dengan hal tersebut, Mirza Ghulam Ahmad juga mengatakan, “Isa cenderung menyukai para pelacur, karena nenek-neneknya adalah termasuk pelacur.” (Dhamimah Atsim, Hasyiyah, hal. 7, karyanya)
Dan yang sangat mengherankan adalah, pada kesempatan lain ia juga “bersabda” dalam hadits palsunya, “Sesungguhnya celaan, makian bukanlah perangai orang-orang shiddiq (benar). Dan orang-orang yang beriman, bukanlah orang yang suka melaknat.” (Izalatul Auham, hal.66)
Lelucon apa ini ?
Masih dalam rangkaian kebejatan Mirza Ghulam Ahmad
Rupanya orang yang diagung-agungkan dan merupakan dedengkot Ahmadiyah ini, tidak hanya menghina Rasulullah, tetapi ditambahkan lagi dengan menghina para Sahabat Rasulullah seperti Abu Hurairah.
Mirza Ghulam Ahmad mengatakan, “Abu Hurairah adalah orang yang dungu, dia tidak memiliki pemahaman yang lurus.” (I’jaz Ahmadiy, hal.140, karyanya)
Sementara itu, ditempat lain ia mengatakan, “Sesungguhnya ingatanku sangat buruk, aku lupa siapa saja yang sering menemui aku.” (Maktubat Ahmadiyah, hal.21 karyanya)
Kematian Mirza Ghulam Ahmad
Tidak sedikit para ulama yang menentang dan berusaha menasehati Mirza Ghulam Ahmad agar ia bertaubat dan menghentikan dakwah sesatnya itu. Namun, usaha itu tidak juga membuat dedengkot Ahmadiyah ini surut dalam menyebarkan kesesatannya.
Syeikh Tsanaullah, satu diantara sekian banyak ulama yang berusaha keras menentangnya dan menasehatinya. Merasa terganggu dengan usaha Syeikh Tsanaullah tersebut, Mirza Ghulam Ahmad mengirimkan sebuah surat kepada Syeikh Tsanaullah yang berisi tentang keyakinan hatinya bahwa ia adalah seorang nabi, bukan pendusta, bukan pula dajjal sebagaimana julukan yang diarahkan kepadanya oleh para ulama. Ia juga mengatakan bahwa sesungguhnya yang mendustakan kenabiannya itulah pendusta yang sesungguhnya.
Diakhir suratnya itu, ia berdo’a dengan mengatakan, “Wahai Allah yang maha mengetahui rahasia-rahasia yang tersimpan dalam hati. Jika aku seorang pendusta, pelaku kerusakan dalam pandangan-Mu, suka membuat kedustaan atas Nama-Mu pada siang dan malam hari, maka binasakanlah aku saat Tsanaullah masih hidup, dan berilah kegembiraan kepada para pengikutnya dengan sebab kematianku.
Wahai Allah, jika aku benar sedangkan Tsanaullah berada diatas kebathilan, pendusta pada tuduhan yang diarahkan kepadaku, maka binasakanlah dia dengan penyakit ganas, seperti tho’un, kolera atau penyakit lainnya, saat aku masih hidup. Amin”
Sebuah do’a mubahalah yang dipinta Mirza Ghulam Ahmad. Dan ternyata Allah mendengar doa tersebut, setelah 13 bulan lebih sepuluh hari setelah do’a itu, yakni pada tanggal 26 Mei 1908, Mirza Ghulam Ahmad dibinasakan oleh Allah dengan penyakit Kolera yang diharapkan menimpa Syeikh Tsanaullah.
Sementara itu Syeikh Tsanaullah masih hidup sekitar 40 tahun setelah kematian Mirza Ghulam Ahmad.
(Sumber : AlQadiyaniyah dirasat wa tahlil, Syeikh Ihsan Ilahi Zhahir, Pakistan)
____________________________________

Sekilas Riwayat Hidup Mirza Ghulam Ahmad

Saya telah mendapat ijin dari penulis asli yaitu Dr. Syed Rashid untuk menterjemahkan bahan-bahan tentang Ahmadiah kedalam bahasa Indonesia Saya akan e-mail-kan ijin itu secara terpisah kepada pak John. Terjemahan ini untuk mengimbangi tulisan Sdr Nadri. Kalau hanya tulisannya yang membanjiri Indonesia, maka page ini jadi kelihatan nggak fair, kan ? Untuk itu saya telah mendapatkan bahan yang sesuai dan akan saya beri komentar
Mirza Ghulam Ahmad Riwayat hidupnya secara singkat Kronologi peristiwa-peristiwa pent.
1839/40
Mirza lahir dari pasangan Chiragh Bibi dan Ghulam Murtaza 1846 * Mendapatkan pendidikan formal mengenai Quran, Hadits dsb dimulai di rumah dari Molvi Fazl Ilahi
1849
Molvi Fazal Ahmad mengajar berbagai mata pelajaran.
1852/53
Perkawinan pertama dengan Hurmat Bibi alias Phajje di Maan. Melahirkan Dua anak laki-laki yaitu Sultan Ahmad dan Fazal Ahmad.
1857/58
Gul Ali Shah mengajar tata bahasa Arab dsb.
Perang Kemerdekaan, yang disebut Indian Mutiny (PEMBERONTAKAN INDIA )
Untuk membuk kesetiaannya kepada Raja Inggris, Ayah Mirza menyumbang 50 tentara berkuda untuk memerangi kaum Muslimin dalam perang Kemerdekaan tersebut. (SETYA: Tak ada satu kata pun yang keluar dari mulut Mirza untuk menentangnya, bandingkan dengan AL AMIN, yang selalu berkata lurus dan mengatakan yang benar, ini sekaligus membuktikan ketidak-ma’shum-an Mirza.)
Mirza Ghulam Qadir, abang Mirza Ghulam, yang bertugas pada Divisi 46 di Ketentaraan Inggrisd dibawah pimpinan Jendral Nicholson, membantai banyak pejuang kemerdekaan di dekat Sialkot.(SETYA: Lagi-lagi tak ada satu kata pun yang keluar dari mulut Mirza untuk menentangnya)
1864
Mirza lari dari rumah dengan mendapat pensiun tahunan ayahnya dan dihabiskannya untuk hal-hal yang tidak baik.
Mirza bekerja menjadi klerk pada pemerintah Inggris. Pengadilan di Sialkot.
1864-68
Ikut ujian Hukum tetapi tidak lulus.
Mirza berkawan dengan romo Kristen yang kemudian memainkan peranan
1868
Komisi Parlemen dari Inggris datang untuk mencari cara- cara memadamkan semangat Jihad diantara kaum Muslimin. Mirza mengundurkan diri dari pekerjaannya dan pergi ke Qadian memperkenalkan diri sebagai Pembahas Islam.
1870
Laporan Komisi Parlemen tentang ‘Kedatangan Kekaisaran Inggris di India’ diserahkan kepada Parlemen Inggris. Laporan tersebut merekomendasikan diciptakannya Kerasulan seorang Nabi untuk memadamkan Semangat Jihad di kalangan umat Muslim.
(SETYA: Tak terhitung ummat manusia sekarang yang tertipu oleh para penjajah yang ingin melanggengkan cengkeramannya di negara jajahannya. Diantaranya dengan menciptakan negara Israel oleh Inggris, Kuwait oleh Inggris, pengambil-alihan Hongkong dari Cina juga oleh Inggris. Tidak melihatkan saudara-saudara yang berkeyakinan Ahmadiyah terhadap move’ negara imperialis ini di seluruh dunia? Bandingkan dengan move’ oleh Snouck Hoergronye yang mendekati umat islam di Aceh dan memadamkan semangat jihad, sembari mengharamkan yel Allaahu Akbar’.)
1871
Mirza Ghulam dipilih untuk jabatan’ sebagai Rasul
1877
Dituntut pidana oleh jawatan pos.
1879
Mengklaim telah Diangkat oleh Tuhan’ untuk membuktikan kebenaran Islam
Mengumumkan tulisan Braheen-e-Ahmadiyya yang akan dibuat sebanyak 50 jilid. Memohon bantuan keuangan dan persekot untuk publikasi Braheen-e-Ahmadiyya.
1879-84
Menerbitkan empat jilid Braheen-e-Ahmadiyya.
1884 dst.
Berhenti menulis Braheen-e-ahmadiyya.
Menulis buku demi buku, menulis sekitar 80 buku selama 25 tahun berikutnya.
Merujuk Braheen-e-Ahmadiyya sebagai KITABULLAH.
1884
Mengklaim diri sendiri sebagai Mujaddid/pembaharu Islam.
Kawin kedua kalinya dengan Shahjehan Begum anak dari Mir Nasir Nawab, sehingga terlahir 3 anak laki-laki yaitu Mirza Bashiruddin Mehmood (Khalifah ke-2 dan ayah dari Mirza Tahir, Khalifah yang sekarang), Mirza Bashir Ahmad (penulis Seerat-ul-Mahdi) dan Mirza Sharif Ahmad.
Mengaku menjadi impoten dalam perkawinannya yang ke-2. Berdo’a kepada Tuhan agar diberi kekuatan sexual. Tuhan memberikan Wahyunya agar ia meracik JAMU ILAHI.
Atas perintah ilahi, ia membuat jamu/jampi yang disebut ‘TIRYAQ-e-ILAHI’ agar ‘energy’nya pulih kembali. Bahan utamanya adalah ‘OPIUM’.
(SETYA: Saya kurang tahu apakah OPIUM atau madat dihalalkan dalam Ahmadiyah, namun ummat Islam harus meniru perbuatan Rasulullah Muhammad SAW. Apabila kaum Ahmadi juga meniru perbuatan keji oleh orang yang didakwahkannya sebagai rasul, maka secara sadar menyebar kekejian. Bisa saja dibantah oleh pemeluk yang kalap bahwa madat atau opium tidak haram, karena tidak disebut eksplisit dalam Quran, namun institusi IJMAK dipakai oleh pemeluk Islam. IJMAK ini akan meperbandingkannya dengan Khamr yang kurang berbahaya dibandingkan opium. Manfaat dan mudharat adalah pertimbangannya.)
1888
Mulai diambil sumpah setianya (Peeri-Mureedi) oleh masyarakat.
Meminta Mohammadi Begum untuk perkawinan ke-3.
Mengumumkan bahwa perkawinannya yang ke-3 ini dengan Mohammadi Begum adalah lamaran atas wahyu ilahi dan penolakan dari siapapun akan mengakibatkan konsekuensi tragis pada gadis tersebut, keluarganya, dan orang yang kawin dengan gadis ini.
(SETYA: Orang yang mengatakan diri sendiri rasul menyumpahi orang lain, kelakuan ini sangat jahiliah dan mungkar. Bandingkan dengan prediksi Muhammad SAW mengenai pecahnya kekaisaran Persia, beliau tidak menyumpahi, hanya melihat probabilitas pecahnya kekaisaran yang dholim, seperti dirobeknya surat beliau oleh Kisra Khosru I–hal ini amat disesalkan oleh kaum Shiah.)
Mirza Ghulam mengumumkan: “Harus dipahami oleh masyarakat bahwa tidak ada kriteria lain yang lebih baik untuk menyimpulkan kebenaran selain kenabianku.” (Aina-e-Kamalate Islam, Roohani Khazain vol 5 p.288, by Mirza Ghulam)
Mirza mengancam istri pertama beserta anaknya tentang akibat langsung jika tidak mendukung perkawinannya dengan Mohammadi Begum.
1891
Mendakwahkan diri sendiri sebagai Mas’ul Masih (Seperti Al Masih) dan menolak bahwa ia adalah Al Masih yang Dijanjikan.
(SETYA: Rasul koq mencla-mecle’.)
Mengatakan bahwa orang-orang yang menuduhnya sebagai pembohong.
Mengklaim dirinya sebagai Mariam/Bunda Maria.
(SETYA: Hanya orang yang jahilun/super bebal saja yang percaya hal ini)
Mengklaim dirinya mengandung karena ditiupkan ruh Isa kedalam dirinya (Jesus).
(SETYA: sementara ia mengaku sebagai Isa, MIRZA MENGNDUNG DIRINYA SENDIRI??? Saya persilahkan Anda yang berakal sehat mempercayai omongan seperti ini).
Mengklaim menjadi Isa setelah 10 bulan dalam kandungan dalam kandungannya sendiri (Maryam’s). Dan mengatakan: “Inilah muasalnya saya adalah Jesus anak Maria.” (Kishtee Nooh, Roohani Khazain vol 19 p. 87-89)
(SETYA: Kaum Ahmadi menyangkal trinitas, tapi disebut apakah hal ini??)
Mendirikan Gerakan Ahmadiyyah dalam Islam.
1892
Mohammadi Begum kawin dengan Mirza Sultan Baig.
Untuk membalas hal ini, Mirza: o menceraikan istri pertamanya. o memaksa salah seorang anaknya untuk menceraikan istrinya. o membatalkan warisan kepada anak laki-lakinya yang kedua.
[PS Istri pertamanya ada pertalian darah dengan Mohammadi Begum.]
1893
Menantang Wakil Komisaris Abdullah Khan Atham, seorang misionaris Kristen untuk berpolemik secara tertulis untuk membuktikan kebenaran masing-masing agama
Feb. 1893
Mirza mengumumkan: “Semua orang telah menerimaku dan menegaskan pendakwhan diriku, kecuali Anak-anak Pelacur, yang hatinya telah ditutup oleh Allah.” (Aina-e-Kamalate Islam, Roohani Khazain vol 5 p.548) Catatan: Anak Mirza sendiri yang hasil dari perkawinan pertamanya tidak menerimanya sebagai Al Masih/Messiah!!
(SETYA: Setiap nabi dan rasul adalah ma’shum, bahasa kotor tidak akan digunakannya, orang yang percaya dengan kalap akan membela pendakwah nabi yang berkata kotor secara mati-matian).
22 Mei – 5 Juni 1893
Berpolemik dengan Atham. *Mirza kalah secara memalukan sekali. Akibatnya, banyak umat Muslim pindah menjadi Kristen/Nasrani! * Dengan tanpa sesal, Mirza mengumumkan Prediksi Ilahi tentang kematian Atham tanggal 22 May dalam jangka 15 bulan(5 Sept 1894). Dikatakannya: “Saya bersaksi bahwa jika prediksi ini ternyata salah… Saya siap menerima hukuman apapun, Saya akan dipermalukan, mukaku dihanguskan, ikat tali dileherku dan gantunglah… Saya bewrsumpah demi Allah bahwa Dia akan benar-benar mengabulkannya, benar-benar mengabulkan, mengabulkannya. Bumi dan surga boleh berpindah tetapi kata-2 Allah tidak akan batal.” (Jang-e-Muqqaddas, Roohani Khazain vol 6 p.293)
Apr 1894
Atham masih tetap hidup. Beberapa kali usaha pembunuhan dilakukan kepada Atham oleh orang yang tak dikenal. 4 Sept * Peluru rahasia : Mirza mengucapkan mantera wazifa diatas biji beracun dan melemparkannya kedalam sumur tua untuk membunuh Atham.
1896
Umat Kristiani merayakan kemenangan Abdullah Atham dan > mempermalukan serta mencerca Islam – berkat Mirza Ghulam!!.
mengulangi asal Prediksi ilahi dan perkawinan dengan Mohammdi Begum. Dikatakannya:
“Jika saya pembohong, kematianku segera datang dan Prediksi ini tidak akanterpenuhi (Anjame Atham)
Ia mengumumkan wahyu: “Dan mereka menanyakan pada kalian apakah ini benar? Katakanlah: Ya, demi Tuhan itu benar dan kalian tidak akan Mampu mencegah terjadinya. Kami telah mengwinkanmu dengannya Tak ada yang mampu mencegah kata-kataKu (Asmani Faisla) >
27 Juli 1896
• Mengumumkan bahwa kakek dan nenek Jesus Adalah Pelacur, muasal darah kelahirannya dan bahwa inilah Alasan kecondong Jesus terhadap pelacur!!
(SETYA: MG Ahmad menuduh Nabi Isa/Jesus condong pada pelacur. Menunjukkan bahwa MG Ahmad tidak hormat sama sekali kepada Nabi Isa–dalam waktu lain ia mengklaim Isa sebagai dirinya sendiri–yang berarti juga mengumumkan kesenangannya pada pelacur.)
1897
Mengajukan petisi kepada Pemerintah Inggris
Ikut selamatan Thanksgiving bagi Queen Victoria pesta perak dari pemberian mahkotanya
Tuntutan terhadap Mirza oleh pejabat Pajak.
Pencarian kerumanya oleh Polisi atas dugaan pembunuhan Pundit Lekhram, kasus pidana dituntut kepadanya dan ia dilepaskan.
1898/99
Petisi kepada gubernur Punjab mengingatkan bahwa:
Kakek moyangnya selalu menjadi hamba setia.
Ia sendiri adalah BENIH YANG TUMBUH SENDIRI/TERTANAM SECARA MANDIRI/SUKARELA kepada Raja-raja Inggris.
Dari sejak kecil sampai sekarang setelah berumur 65 tahun, ia telah melakukan tugas-tugasnya yang penting dengan pena dan lidahnya, untuk mengubah hati ummat Muslim kedalam cinta kasih & niat baik serta simpti kepada Pemerintah Inggris dan melenyapkan konsep Jihad dari sanubari orang-orang Islam yang bodoh itu.
Kasus pidana dituntut terhadap Mirza agar menjaga perdamaian
1900
Mirza membatalkan Jihad.
Menamakan para pngikutnya sebagai Ahmadi dan memerintahkan penggunaan identitas tersebut untuk sensus.
Mengklaim Kenabian.
25 MEI 1900
Mirza Ghulam mengumumkan bahwa semua orang yang tidak menerimanya sebagai nabi adalah tidak taat pada Allah dan NabiNya dan akan tinggal di neraka
1901
Mirza masih belum melupakan Mohammadi Begum. Mengeluarkan pernyataan lainnya bahwa kejadian balik yang aneh akan dialami dan ia akhirnya akan kawin dengan Begum karena hal itu adalah masalah perintah Illahi.
(SETYA: Untuk menghalalkan nafsunya mengawini Begum ia berlindung pada kebohongan wahyu yang kesemuanya tidak terjadi. Rasulullah Al Amin saw tidak pernah mengejar-ngejar wanita untuk dikawini, alasan utamanya adalah masalah sosialdan ekonomi, mis. Mengawini janda tua dan telah menanggung beberapa anak dsb., apalagi dengan mengancam orang lain–istri pertama dan anaknya sendiri seperti pembual Mirza GA ini. Saya cenderung memberi gelar Mirza ini sebagai AHMAD AL KAZZABUL AKBAR)
1902
Akhirnya untuk memberikan napas bagi Mohammadi Begum, beberapa orang muslims memikirkan ide yang cemerlang. Jaafer Zitly menulis di surat kabar: “Saya melihat dalam mimpi bahwa Mirza Ghulam Qadiani akan kawin dengan saya!!”
Mirza benar-benar blangkeman’ (terbungkam). Setelah itu ia tak pernah menyinggung mengenai Mohammadi Begum sampai kematiannya tahun1908. Mohammadi Begum tetap hidup bahagia bersama suaminya sampai 40 tahun kemudian.
(SETYA: Saya heran pada khalayak yang membela manusia yang begini hina, barangkali karena ketidak-tahuannya, ketidakpedulian, atau memang telah menutup mata dan kalap sehingga HUDA tidak datang pada mereka)
1902
Mirza mengumumkan: “Dasar dari klaim saya bukanlah Hadits tetapi Quran dan Wahyu saya sendiri; untuk mendukungnya kami juga mengutip hadits-hadits yang tidak bertentangan dengan wahyu saya. Sedangkan sisa Hadits lainnya saya buang seperti membuang kertas bekas. (Zamima Nuzoole Maseeh, Roohani Khazain vol 19 p.140)
(SETYA: Masya Allah. Ternyata klaim Sdr Nadri adalah DUSTA bahwa jemaat Ahmadi adalah muslim. Tiap muslim wajib mengikuti sunnah Rasulullah SAW dan al Quran. Tida ada hadits yang dapat dibuang kecuali cacat riwayat dan sanadnya, atau isinya bertentangan dengan Al Quran)
1903
Membangun Minarat-ul-Maseeh di Qadian, 12 tahun setelah menjadi Al Masih/Messiah yang dijanjikan
1904
Mengklaim sebagai dewa Krishna umat Hindu.
(SETYA: Lagi-lagi bualan bid’ah dan khurafat dikeluarkannya. Dalam Islam bid’ah dan khurafat sangat dilarang. Silahkan buktikan).
1905
Membangun Makam Suci di Qadian.
1906
Mengaku menderita SAKIT JIWA dan kencing terus menerus 100 kali per hari sejak pernyataanya bahwa ia diangkat rasul oleh Allah (1879)
1907
Mengadakan duel doa melawan Molvi Sanaullah Amratsari.
Mengumumkan doanya di Surat Kabar dimana ia berdoa keada Allah SWT agar para Pembohong itu mati selama > kebenaran masih ada dan kematian para pendusta itu adalah karena sebab Kolera atau Musibah–menurutnya ini adalah tanda kemarahan Illahi.
Menyatakan bahwa Allah telah menamakannya Muhammad dan Ahmad 26 tahun yang lalu di Braheen-e-Ahmadiyya. (Haqeeqatul Wahi, Roohani Khazain vol 22 p.502)
Menyatakan bahwa Allah telah mewahyukan 300,000 tanda-tanda untuk mendukung klaimnya
(SETYA: Inilah satu-satunya doa Mirza Ghulam Ahmad yang dikabulkan oleh Allah SWT. Mirza Ghulam Ahmad Alkazzabul Akbar –Pembohong Terbesar–mati karena kolera).
15 Mei 1907
Menyatakan bahwa surah-surah dlm Al Quranul Karim berikut ini, yang diwahyukan untuk menghormati dan, memuji nabi besar Muhammad SAW, sekarang telah diwahyukan untuk menghormati Mirza:
Surah 7:17
Surah 55:1
Surah 9:33
Surah 53:9
Surah 17:1
Surah 3:31
Surah 48:10
Surah 48:1
Surah 73:15
Surah 107:1
Surah 36:3
(Haqeeqat-ul-Wahi, Roohani Khazain vol 22)
Mengklaim bahwa Allah telah menamakan dirinya sebagai tiap nabi, oleh karenanya ia mengatakan:
“Aku adalah Adam, Aku adalah Noah/Nuh, Aku adalah Abraham/Ibrahim, Aku adalah Isaac/Ishak, Aku adalah Jacob/Ya’kub, Aku adalah Ishmael/Ismail, Aku adalah Musa, Aku adalah Daud, Aku adalah Isa anak Maryam, Aku adalah Muhammad…(SAW).” (Haqeeqatul Wahi, Roohani Khazain vol 22 p. 521)
1908
Menerbitkan Braheen-e-Ahmadiyya jilid lima . Dalam pembukaannya ia menulis:
“Pada awalnya saya berjanji untuk menulis 50 jilid. Namun karena selisih antara 5 dan 50 adalah NOL, maka janji saya telah terpenuhi setelah menulis 5 jilid.”
1908
Mirza mengadakan resepsi bagi Financial Commissioner Punjab
KEMATIAN: Mirza tiba-tiba terjangkit penyakit kolera Dengan penyesalan yang dalam dan kesedihan ia mengeluarkan kata-kata terakhirnya kepada ayah mertuanya:
“Mir Sahib! Saya kejangkitan kolera”, Ia tak dapat mengeluarkan kata-kata sesudahnya dan meninggal dalam waktu singkat setelah itu.
Mohammadi Begum hidup bahagia dengan suaminya 35 tahun setelah itu.
Molvi Sanaullah Amratsari hidup selama 40 tahun setelah kematiannya itu.
1908
Hakeem Nuruddin menjadi penerus pertama.
1914
Hakeem Nuruddin jatuh dari kuda dan meninggal.
Mirza Basheeruddin Mehmood, bin Mirza Ghulam, menjadi Khalifah ke-2.
Demikian riwayat singkat dari Mirza Ghulam Ahmad.
(SETYA: Adakah diantara netter yang dapat menyebutkan nama nabi/ rasul yang begini keji dan jahat? Perbuatan ini belum terlalu lama berlalu dibandingkan dengan Rasul yang sebenarnya, dan dapat dilacak sejarahnya. Penulis asli dari naskah ini mempunyai sumber data yang cukup akurat.)
(SETYA: Atau adakah diantara netter yang ingin menyarankan kepada saya untuk menghentikan menyebarnya bualan nabi palsu yang keji, jorok dan tidak masuk akal/bid’ah seperti ini? Jika diantara netter mempunyai alasan yang baik, please e-mail me.)

Syukron Ma'mun Al Fasiry Matematika dalam Al- Qur'an

 
 
Tariq Al Swaidan menemukan
beberapa ayat di dalam Al
Qur'an menyebutkan sesuatu
...yang sepadan dengan sesuatu
yang lain, misal laki-laki sama
dengan perempuan. Walaupun
masuk akal secara gramatikal,
faktanya kata LAKI-LAKI
disebutkan 24 KALI dan kata
PEREMPUAN/WANITA juga
disebutkan 24 KALI, sehingga
persamaannya tidak hanya
bentuk gramatikal tapi juga
bentuk matematikalnya
(24=24).
Kata DUNIA 115 Kali = kata
AKHIRAT 115 Kali
Malaikat 88 = Setan 88
Hidup 145 = Mati 145
Laki-laki 24 = Perempuan/
wanita 24
Manfaat 50 = Korup 50
Musibah 75 = Bersyukur 75
…..Subhanallah !
Dan yang juga mengagumkan
adalah berapa kali kata-kata
berikut disebutkan:
Shalat ada 5,
Bulan ada 12,
Hari ada 365 …...Allahu Akbar !
Manusia/umat 50 = Penyampai
(rasul) 50
Iblis 11 = Menghindari
(perbuatan) iblis 11
Shodaqah 73 = Kepuasan/pahala
73
Orang yg tersesat 17 = Orang
mati 17
Muslimin 41 = Jihad 41
Emas 8 = Kemudahan hidup 8
Tipu muslihat /Sihir 60 = Fitnah
60
Zakat 32 = Barokah 32
Akal 49 = Nur/cahaya 49
Bicara di depan publik 18 =
Mempublikasikan 18
Ketekunan 114 = Sabar 114
Muhammad 4 = Syariah 4
… ..dan masih banyak lagi.
Laut 32 dan Daratan 13
Kita hitung secara matematika:
Laut + Daratan = 32 + 13= 45
Laut = 32 / 45 X 100 = 71.11%
Daratan = 13 / 45 X 100 = 28.89%
Ilmu pengetahuan modern
telah membuktikan bahwa
permukaan bumi terdiri dari,
71.11% air dan 28.89% daratan
……Ruaarr biazzaa !
Apakah hal ini sebuah
kebetulan?
Pertanyaannya adalah Siapa
yang mengajari Nabi
Muhammad SAW tentang
semua ini?
Tentu saja ALLAH SWT yang
mengajarkan hal ini pada
beliau.
Subhanallah, Maha Suci Engkau
dengan segala Firman-Mu
(Dr. Tariq Al Swaidan & PITI)

Makna Sabar oleh Chein Ibnu Ahmad pada 22 November 2010 jam 13:26



Dari Suhaib ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sungguh menakjubkan perkaranya orang yang beriman, karena segala urusannya adalah baik baginya. Dan hal yang demikian itu tidak akan terdapat kecuali hanya pada orang mu'min: Yaitu jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan yang terbaik untuknya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya." (HR. Muslim)
Sekilas Tentang Hadits

Hadits ini merupakan hadits shahih dengan sanad sebagaimana di atas, melalui jalur Tsabit dari Abdurrahman bin Abi Laila, dari Suhaib dari Rasulullah SAW, diriwayatkan oleh :- Imam Muslim dalam Shahihnya, Kitab Al-Zuhud wa Al-Raqa’iq, Bab Al-Mu’min Amruhu Kulluhu Khair, hadits no 2999.- Imam Ahmad bin Hambal dalam empat tempat dalam Musnadnya, yaitu hadits no 18455, 18360, 23406 & 23412.- Diriwayatkan juga oleh Imam al-Darimi, dalam Sunannya, Kitab Al-Riqaq, Bab Al-Mu’min Yu’jaru Fi Kulli Syai’, hadits no 2777.

Makna Hadits Secara Umum
Hadits singkat ini memiliki makna yang luas sekaligus memberikan definisi mengenai sifat dan karakter orang yang beriman. Setiap orang yang beriman digambarkan oleh Rasulullah SAW sebagai orang yang memiliki pesona, yang digambarkan dengan istilah ‘ajaban’ ( عجبا ). Karena sifat dan karakter ini akan mempesona siapa saja.
Kemudian Rasulullah SAW menggambarkan bahwa pesona tersebut berpangkal dari adanya positif thinking setiap mu’min. Dimana ia memandang segala persoalannya dari sudut pandang positif, dan bukan dari sudut nagatifnya.
Sebagai contoh, ketika ia mendapatkan kebaikan, kebahagian, rasa bahagia, kesenangan dan lain sebagainya, ia akan refleksikan dalam bentuk penysukuran terhadap Allah SWT. Karena ia tahu dan faham bahwa hal tersebut merupakan anugerah Allah yang diberikan kepada dirinya. Dan tidaklah Allah memberikan sesuatu kepadanya melainkan pasti sesuatu tersebut adalah positif baginya.
Sebaliknya, jika ia mendapatkan suatu musibah, bencana, rasa duka, sedih, kemalangan dan hal-hal negatif lainnya, ia akan bersabar. Karena ia meyakini bahwa hal tersebut merupakan pemberian sekaligus cobaan bagi dirinya yang pasti memiliki rahasia kebaikan di dalamnya. Sehingga refleksinya adalah dengan bersabar dan mengembalikan semuanya kepada Allah SWT.
Urgensi Kesabaran
Kesabaran merupakan salah satu ciri mendasar orang yang bertaqwa kepada Allah SWT. Bahkan sebagian ulama mengatakan bahwa kesabaran merupakan setengahnya keimanan. Sabar memiliki kaitan yang tidak mungkin dipisahkan dari keimanan: Kaitan antara sabar dengan iman, adalah seperti kepala dengan jasadnya. Tidak ada keimanan yang tidak disertai kesabaran, sebagaimana juga tidak ada jasad yang tidak memiliki kepala. Oleh karena itulah Rasulullah SAW menggambarkan tentang ciri dan keutamaan orang yang beriman sebagaimana hadits di atas.
Namun kesabaran adalah bukan semata-mata memiliki pengertian "nrimo", ketidak mampuan dan identik dengan ketertindasan. Sabar sesungguhnya memiliki dimensi yang lebih pada pengalahan hawa nafsu yang terdapat dalam jiwa insan. Dalam berjihad, sabar diimplementasikan dengan melawan hawa nafsu yang menginginkan agar dirinya duduk dengan santai dan tenang di rumah. Justru ketika ia berdiam diri itulah, sesungguhnya ia belum dapat bersabar melawan tantangan dan memenuhi panggilan ilahi.
Sabar juga memiliki dimensi untuk merubah sebuah kondisi, baik yang bersifat pribadi maupun sosial, menuju perbaikan agar lebih baik dan baik lagi. Bahkan seseorang dikatakan dapat diakatakan tidak sabar, jika ia menerima kondisi buruk, pasrah dan menyerah begitu saja. Sabar dalam ibadah diimplementasikan dalam bentuk melawan dan memaksa diri untuk bangkit dari tempat tidur, kemudian berwudhu lalu berjalan menuju masjid dan malaksanakan shalat secara berjamaah. Sehingga sabar tidak tepat jika hanya diartikan dengan sebuah sifat pasif, namun ia memiliki nilai keseimbangan antara sifat aktif dengan sifat pasif.
Makna Sabar
Sabar merupakan sebuah istilah yang berasal dari bahasa Arab, dan sudah menjadi istilah dalam bahasa Indonesia. Asal katanya adalah "Shobaro", yang membentuk infinitif (masdar) menjadi "shabran". Dari segi bahasa, sabar berarti menahan dan mencegah. Menguatkan makna seperti ini adalah firman Allah dalam Al-Qur'an:
Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas. (QS. Al-Kahfi/ 18 : 28)
Perintah untuk bersabar pada ayat di atas, adalah untuk menahan diri dari keingingan ‘keluar’ dari komunitas orang-orang yang menyeru Rab nya serta selalu mengharap keridhaan-Nya. Perintah sabar di atas sekaligus juga sebagai pencegahan dari keinginan manusia yang ingin bersama dengan orang-orang yang lalai dari mengingat Allah SWT.
Sedangkan dari segi istilahnya, sabar adalah:Menahan diri dari sifat kegeundahan dan rasa emosi, kemudian menahan lisan dari keluh kesah serta menahan anggota tubuh dari perbuatan yang tidak terarah.
Amru bin Usman mengatakan, bahwa sabar adalah keteguhan bersama Allah, menerima ujian dari-Nya dengan lapang dan tenang. Hal senada juga dikemukakan oleh Imam al-Khowas, bahwa sabar adalah refleksi keteguhan untuk merealisasikan al-Qur'an dan sunnah. Sehingga sesungguhnya sabar tidak identik dengan kepasrahan dan ketidak mampuan. Justru orang yang seperti ini memiliki indikasi adanya ketidak sabaran untuk merubah kondisi yang ada, ketidak sabaran untuk berusaha, ketidak sabaran untuk berjuang dan lain sebagainya.
Rasulullah SAW memerintahkan umatnya untuk sabar ketika berjihad. Padahal jihad adalah memerangi musuh-musuh Allah, yang klimaksnya adalah menggunakan senjata (perang). Artinya untuk berbuat seperti itu perlu kesabaran untuk mengeyampingkan keiinginan jiwanya yang menginginkan rasa santai, bermalas-malasan dan lain sebagainya. Sabar dalam jihad juga berarti keteguhan untuk menghadapi musuh, serta tidak lari dari medan peperangan. Orang yang lari dari medan peperangan karena takut, adalah salah satu indikasi tidak sabar.
Sabar Sebagaimana Digambarkan Dalam Al-Qur'an
Dalam al-Qur'an banyak sekali ayat-ayat yang berbicara mengenai kesabaran. Jika ditelusuri secara keseluruhan, terdapat 103 kali disebut dalam al-Qur'an, kata-kata yang menggunakan kata dasar sabar; baik berbentuk isim maupun fi'ilnya. Hal ini menunjukkan betapa kesabaran menjadi perhatian Allah SWT, yang Allah tekankan kepada hamba-hamba-Nya. Dari ayat-ayat yang ada, para ulama mengklasifikasikan sabar dalam al-Qur'an menjadi beberapa macam;
1. Sabar merupakan perintah Allah SWT. Hal ini sebagaimana yang terdapat dalam QS.2: 153: "Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar."
Ayat-ayat lainnya yang serupa mengenai perintah untuk bersabar sangat banyak terdapat dalam Al-Qur'an. Diantaranya adalah dalam QS.3: 200, 16: 127, 8: 46, 10:109, 11: 115 dsb.
2. Larangan isti'ja l(tergesa-gesa/ tidak sabar), sebagaimana yang Allah firmankan (QS. Al-Ahqaf/ 46: 35): "Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka…"
3. Pujian Allah bagi orang-orang yang sabar, sebagaimana yang terdapat dalam QS. 2: 177: "…dan orang-orang yang bersabar dalam kesulitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar imannya dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa."
4. Allah SWT akan mencintai orang-orang yang sabar. Dalam surat Ali Imran (3: 146) Allah SWT berfirman : "Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar."
5. Kebersamaan Allah dengan orang-orang yang sabar. Artinya Allah SWT senantiasa akan menyertai hamba-hamba-Nya yang sabar. Allah berfirman (QS. 8: 46) ; "Dan bersabarlah kamu, karena sesungguhnya Allah itu beserta orang-orang yang sabar."
6. Mendapatkan pahala surga dari Allah. Allah mengatakan dalam al-Qur'an (13: 23 - 24); "(yaitu) surga `Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; (sambil mengucapkan): "Salamun `alaikum bima shabartum" (keselamatan bagi kalian, atas kesabaran yang kalian lakukan). Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu."
Inilah diantara gambaran Al-Qur'an mengenai kesabaran. Gembaran-gambaran lain mengenai hal yang sama, masih sangat banyak, dan dapat kita temukan pada buku-buku yang secara khusus membahas mengenai kesabaran.
Kesabaran Sebagaimana Digambarkan Dalam Hadits.

Sebagaimana dalam al-Qur'an, dalam hadits juga banyak sekali sabda-sabda Rasulullah SAW yang menggambarkan mengenai kesabaran. Dalam kitab Riyadhus Shalihin, Imam Nawawi mencantumkan 29 hadits yang bertemakan sabar. Secara garis besar, hadits-hadits tersebut menggambarkan kesabaran sebagai berikut;1. Kesabaran merupakan "dhiya' " (cahaya yang amat terang). Karena dengan kesabaran inilah, seseorang akan mampu menyingkap kegelapan. Rasulullah SAW mengungkapkan, "…dan kesabaran merupakan cahaya yang terang…" (HR. Muslim)

2. Kesabaran merupakan sesuatu yang perlu diusahakan dan dilatih secara optimal. Rasulullah SAW pernah menggambarkan: "…barang siapa yang mensabar-sabarkan diri (berusaha untuk sabar), maka Allah akan menjadikannya seorang yang sabar…" (HR. Bukhari)
3. Kesabaran merupakan anugrah Allah yang paling baik. Rasulullah SAW mengatakan, "…dan tidaklah seseorang itu diberi sesuatu yang lebih baik dan lebih lapang daripada kesabaran." (Muttafaqun Alaih)
4. Kesabaran merupakan salah satu sifat sekaligus ciri orang mu'min, sebagaimana hadits yang terdapat pada muqadimah; "Sungguh menakjubkan perkara orang yang beriman, karena segala perkaranya adalah baik. Jika ia mendapatkan kenikmatan, ia bersyukur karena (ia mengatahui) bahwa hal tersebut adalah memang baik baginya. Dan jika ia tertimpa musibah atau kesulitan, ia bersabar karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut adalah baik baginya." (HR. Muslim)
5. Seseorang yang sabar akan mendapatkan pahala surga. Dalam sebuah hadits digambarkan; Dari Anas bin Malik ra berkata, bahwa aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya Allah berfirman, "Apabila Aku menguji hamba-Ku dengan kedua matanya, kemudian diabersabar, maka aku gantikan surga baginya." (HR. Bukhari)
6. Sabar merupakan sifat para nabi. Ibnu Mas'ud dalam sebuah riwayat pernah mengatakan: Dari Abdullan bin Mas'ud berkata"Seakan-akan aku memandang Rasulullah SAW menceritakan salah seorang nabi, yang dipukuli oleh kaumnya hingga berdarah, kemudia ia mengusap darah dari wajahnya seraya berkata, 'Ya Allah ampunilah dosa kaumku, karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui." (HR. Bukhari)
7. Kesabaran merupakan ciri orang yang kuat. Rasulullah SAW pernah menggambarkan dalam sebuah hadits; Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Orang yang kuat bukanlah yang pandai bergulat, namun orang yang kuat adalah orang yang memiliki jiwanya ketika marah." (HR. Bukhari)
8. Kesabaran dapat menghapuskan dosa. Rasulullah SAW menggambarkan dalam sebuah haditsnya; Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullan SAW bersabda, "Tidaklah seorang muslim mendapatkan kelelahan, sakit, kecemasan, kesedihan, mara bahaya dan juga kesusahan, hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan dosa-dosanya dengan hal tersebut." (HR. Bukhari & Muslim)

9. Kesabaran merupakan suatu keharusan, dimana seseorang tidak boleh putus asa hingga ia menginginkan kematian. Sekiranya memang sudah sangat terpaksa hendaklah ia berdoa kepada Allah, agar Allah memberikan hal yang terbaik baginya; apakah kehidupan atau kematian. Rasulullah SAW mengatakan; Dari Anas bin Malik ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Janganlah salah seorang diantara kalian mengangan-angankan datangnya kematian karena musibah yang menimpanya. Dan sekiranya ia memang harus mengharapkannya, hendaklah ia berdoa, 'Ya Allah, teruskanlah hidupku ini sekiranya hidup itu lebih baik unttukku. Dan wafatkanlah aku, sekiranya itu lebih baik bagiku." (HR. Bukhari Muslim)

Bentuk-Bentuk Kesabaran
Para ulama membagi kesabaran menjadi tiga hal; sabar dalam ketaatan kepada Allah, sabar untuk meninggalkan kemaksiatan dan sabar menghadapi ujian dari Allah:
1. Sabar dalam ketaatan kepada Allah. Merealisasikan ketaatan kepada Allah, membutuhkan kesabaran, karena secara tabiatnya, jiwa manusia enggan untuk beribadah dan berbuat ketaatan. Ditinjau dari penyebabnya, terdapat tiga hal yang menyebabkan insan sulit untuk sabar. Pertama karena malas, seperti dalam melakukan ibadah shalat. Kedua karena bakhil (kikir), seperti menunaikan zakat dan infaq. Ketiga karena keduanya, (malas dan kikir), seperti haji dan jihad.
Kemudian untuk dapat merealisasikan kesabaran dalam ketaatan kepada Allah diperlukan beberapa hal,(1) Dalam kondisi sebelum melakukan ibadah berupa memperbaiki niat, yaitu kikhlasan. Ikhlas merupakan kesabaran menghadapi duri-duri riya'.(2) Kondisi ketika melaksanakan ibadah, agar jangan sampai melupakan Allah di tengah melaksanakan ibadah tersebut, tidak malas dalam merealisasikan adab dan sunah-sunahnya.(3) Kondisi ketika telah selesai melaksanakan ibadah, yaitu untuk tidak membicarakan ibadah yang telah dilakukannya supaya diketahui atau dipuji orang lain.
2. Sabar dalam meninggalkan kemaksiatan. Meninggalkan kemaksiatan juga membutuhkan kesabaran yang besar, terutama pada kemaksiatan yang sangat mudah untuk dilakukan, seperti ghibah (baca; ngerumpi), dusta, memandang sesuatu yang haram dsb. Karena kecendrungan jiwa insan, suka pada hal-hal yang buruk dan "menyenangkan". Dan perbuatan maksiat identik dengan hal-hal yang "menyenangkan".
3. Sabar dalam menghadapi ujian dan cobaan dari Allah, seperti mendapatkan musibah, baik yang bersifat materi ataupun inmateri; misalnya kehilangan harta, kehilangan orang yang dicintai dsb.
Aspek-Aspek Kesabaran sebagaimana yang Digambarkan dalam Hadits

Dalam hadits-hadits Rasulullah SAW, terdapat beberapa hadits yang secara spesifik menggambarkan aspek-aspek ataupun kondisi-kondisi seseroang diharuskan untuk bersabar. Meskipun aspek-aspek tersebut bukan merupakan ‘pembatasan’ pada bidang-bidang kesabaran, melainkan hanya sebagai contoh dan penekanan yang memiliki nilai motivasi untuk lebih bersabar dalam menghadapi berbagai permasalahan lainnya. Diantara kondisi-kondisi yang ditekankan agar kita bersabar adalah :

1. Sabar terhadap musibah.

Sabar terhadap musibah merupakan aspek kesabaran yang paling sering dinasehatkan banyak orang. Karena sabar dalam aspek ini merupakan bentuk sabar yang Dalam sebuah hadits diriwayatkan, :Dari Anas bin Malik ra, bahwa suatu ketika Rasulullah SAW melewati seorang wanita yang sedang menangis di dekat sebuah kuburan. Kemudian Rasulullah SAW bersabda, ‘Bertakwalah kepada Allah, dan bersabarlah.’ Wanita tersebut menjawab, ‘Menjauhlah dariku, karena sesungguhnya engkau tidak mengetahui dan tidak bisa merasakan musibah yang menimpaku.’ Kemudian diberitahukan kepada wanita tersebut, bahwa orang yang menegurnya tadi adalah Rasulullah SAW. Lalu ia mendatangi pintu Rasulullah SAW dan ia tidak mendapatkan penjaganya. Kemudian ia berkata kepada Rasulullah SAW, ‘(maaf) aku tadi tidak mengetahui engkau wahai Rasulullah SAW.’ Rasulullah bersabda, ‘Sesungguhnya sabar itu terdapat pada hentakan pertama.’ (HR. Bukhari Muslim)

2. Sabar ketika menghadapi musuh (dalam berjihad).Dalam sebuah riwayat, Rasulullah bersabda : Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Janganlah kalian berangan-angan untuk menghadapi musuh. Namun jika kalian sudah menghadapinya maka bersabarlah (untuk menghadapinya).” HR. Muslim.

3. Sabar berjamaah, terhadap amir yang tidak disukai.Dalam sebuah riwayat digambarkan; Dari Ibnu Abbas ra beliau meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Barang siapa yang melihat pada amir (pemimpinnya) sesuatu yang tidak disukainya, maka hendaklah ia bersabar. Karena siapa yang memisahkan diri dari jamaah satu jengkal, kemudian ia mati. Maka ia mati dalam kondisi kematian jahiliyah. (HR. Muslim)

4. Sabar terhadap jabatan & kedudukan.Dalam sebuah riwayat digambarkan : Dari Usaid bin Hudhair bahwa seseorang dari kaum Anshar berkata kepada Rasulullah SAW; ‘Wahai Rasulullah, engkau mengangkat (memberi kedudukan) si Fulan, namun tidak mengangkat (memberi kedudukan kepadaku). Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya kalian akan melihat setelahku ‘atsaratan’ (yaitu setiap orang menganggap lebih baik dari yang lainnya), maka bersabarlah kalian hingga kalian menemuiku pada telagaku (kelak). (HR. Turmudzi).

5. Sabar dalam kehidupan sosial dan interaksi dengan masyarakat.Dalam sebuah hadits diriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda, ‘Seorang muslim apabila ia berinteraksi dengan masyarakat serta bersabar terhadap dampak negatif mereka adalah lebih baik dari pada seorang muslim yang tidak berinteraksi dengan masyarakat serta tidak bersabar atas kenegatifan mereka. (HR. Turmudzi)

6. Sabar dalam kerasnya kehidupan dan himpitan ekonomiDalam sebuah riwayat digambarkan; ‘Dari Abdullah bin Umar ra berkata bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, ‘Barang siapa yang bersabar atas kesulitan dan himpitan kehidupannya, maka aku akan menjadi saksi atau pemberi syafaat baginya pada hari kiamat. (HR. Turmudzi).
Kiat-kiat Untuk Meningkatkan Kesabaran
Ketidaksabaran (baca; isti'jal) merupakan salah satu penyakit hati, yang seyogyanya diantisipasi dan diterapi sejak dini. Karena hal ini memilki dampak negatif dari amalan yang dilakukan seorang insan. Seperti hasil yang tidak maksimal, terjerumus kedalam kemaksiatan, enggan untuk melaksanakan ibadah kepada Allah dsb. Oleh karena itulah, diperlukan beberapa kiat, guna meningkatkan kesabaran. Diantara kiat-kiat tersebut adalah;
1. Mengkikhlaskan niat kepada Allah SWT, bahwa ia semata-mata berbuat hanya untuk-Nya. Dengan adanya niatan seperti ini, akan sangat menunjang munculnya kesabaran kepada Allah SWT.
2. Memperbanyak tilawah (baca; membaca) al-Qur'an, baik pada pagi, siang, sore ataupun malam hari. Akan lebih optimal lagi manakala bacaan tersebut disertai perenungan dan pentadaburan makna-makna yang dikandungnya. Karena al-Qur'an merupakan obat bagi hati insan. Masuk dalam kategori ini juga dzikir kepada Allah.
3. Memperbanyak puasa sunnah. Karena puasa merupakan hal yang dapat mengurangi hawa nafsu terutama yang bersifat syahwati dengan lawan jenisnya. Puasa juga merupakan ibadah yang memang secara khusus dapat melatih kesabaran.
4. Mujahadatun Nafs, yaitu sebuah usaha yang dilakukan insan untuk berusaha secara giat dan maksimal guna mengalahkan keinginan-keinginan jiwa yang cenderung suka pada hal-hal negatif, seperti malas, marah, kikir, dsb.
5. Mengingat-ingat kembali tujuan hidup di dunia. Karena hal ini akan memacu insan untuk beramal secara sempurna. Sedangkan ketidaksabaran (isti'jal), memiliki prosentase yang cukup besar untuk menjadikan amalan seseorang tidak optimal. Apalagi jika merenungkan bahwa sesungguhnya Allah akan melihat "amalan" seseorang yang dilakukannya, dan bukan melihat pada hasilnya. (Lihat QS. 9 : 105)6. Perlu mengadakan latihan-latihan untuk sabar secara pribadi. Seperti ketika sedang sendiri dalam rumah, hendaklah dilatih untuk beramal ibadah dari pada menyaksikan televisi misalnya. Kemudian melatih diri untuk menyisihkan sebagian rezeki untuk infaq fi sabilillah, dsb.
7. Membaca-baca kisah-kisah kesabaran para sahabat, tabi'in maupun tokoh-tokoh Islam lainnya. Karena hal ini juga akan menanamkan keteladanan yang patut dicontoh dalam kehidupan nyata di dunia.

Sifat-Sifat Nabi Muhammad SAW

 

Sifat-Sifat Nabi Muhammad SAW


Fizikal Nabi.
Telah dikeluarkan oleh Ya'kub bin Sufyan Al-Faswi dari Al-Hasan bin Ali ra. katanya: Pernah aku menanyai pamanku (dari sebelah ibu) Hind bin Abu Halah, dan aku tahu baginda memang sangat pandai mensifatkan perilaku Rasulullah SAW, padahal aku ingin sekali untuk disifatkan kepadaku sesuatu dari sifat beliau yang dapat aku mencontohinya, maka dia berkata: Adalah Rasulullah SAW itu seorang yang agung yang senantiasa diagungkan, wajahnya berseri-seri layak bulan di malam purnamanya, tingginya cukup tidak terialu ketara, juga tidak terlalu pendek, dadanya bidang, rambutnya selalu rapi antara lurus dan bergelombang, dan memanjang hingga ke tepi telinganya, lebat, warnanya hitam, dahinya luas, alisnya lentik halus terpisah di antara keduanya, yang bila baginda marah kelihatannya seperti bercantum, hidungnya mancung, kelihatan memancar cahaya ke atasnya, janggutnya lebat, kedua belah matanya hitam, kedua pipinya lembut dan halus, mulutnya tebal, giginya putih bersih dan jarang-jarang, di dadanya tumbuh bulu-bulu yang halus, tengkuknya memanjang, berbentuk sederhana, berbadan besar lagi tegap, rata antara perutnya dan dadanya, luas dadanya, lebar antara kedua bahunya, tulang belakangnya besar, kulitnya bersih, antara dadanya dan pusatnya dipenuhi oleh bulu-bulu yang halus, pada kedua teteknya dan perutnya bersih dari bulu, sedang pada kedua lengannya dan bahunya dan di atas dadanya berbulu pula, lengannya panjang, telapak tangannya lebar, halus tulangnya, jari telapak kedua tangan dan kakinya tebal berisi daging, panjang ujung jarinya, rongga telapak kakinya tidak menyentuh tanah apabila baginda berjalan, dan telapak kakinya lembut serta licin tidak ada lipatan, tinggi seolah-olah air sedang memancar daripadanya, bila diangkat kakinya diangkatnya dengan lembut (tidak seperti jalannya orang menyombongkan diri), melangkah satu-satu dan perlahan-lahan, langkahnya panjang-panjang seperti orang yang melangkah atas jurang, bila menoleh dengan semua badannya, pandangannya sering ke bumi, kelihatan baginda lebih banyak melihat ke arah bumi daripada melihat ke atas langit, jarang baginda memerhatikan sesuatu dengan terlalu lama, selalu berjalan beriringan dengan sahabat-sahabatnya, selalu memulakan salam kepada siapa yang ditemuinya.

Kebiasaan Nabi
Kataku pula: Sifatkanlah kepadaku mengenai kebiasaannya!Jawab pamanku: Adalah Rasulullah SAW itu kelihatannya seperti orang yang selalu bersedih, senantiasa banyak berfikir, tidak pernah beristirshat panjang, tidak berbicara bila tidak ada keperluan, banyak diamnya, memulakan bicara dan menghabiskannya dengan sepenuh mulutnva, kata-katanya penuh mutiara mauti manikam, satu-satu kalimatnya, tidak berlebih-lebihan atau berkurang-kurangan, lemah lembut tidak terlalu kasar atau menghina diri, senantiasa membesarkan nikmat walaupun kecil, tidak pernah mencela nikmat apa pun atau terlalu memujinya, tiada seorang dapat meredakan marahnya, apabila sesuatu dari kebenaran dihinakan sehingga dia dapat membelanya.

Dalam riwayat lain, dikatakan bahwa baginda menjadi marah kerana sesuatu urusan dunia atau apa-apa yang bertalian dengannya, tetapi apabila baginda melihat kebenaran itu dihinakan, tiada seorang yang dapat melebihi marahnya, sehingga baginda dapat membela kerananya. Baginda tidak pernah marah untuk dirinya, atau membela sesuatu untuk kepentingan dirinya, bila mengisyarat diisyaratkan dengan semua telapak tangannya, dan bila baginda merasa takjub dibalikkan telapak tangannya, dan bila berbicara dikumpulkan tangannya dengan menumpukan telapak tangannya yang kanan pada ibu jari tangan kirinya, dan bila baginda marah baginda terus berpaling dari arah yang menyebabkan ia marah, dan bila baginda gembira dipejamkan matanya, kebanyakan ketawanya ialah dengan tersenyum, dan bila baginda ketawa, baginda ketawa seperti embun yang dingin.

Berkata Al-Hasan lagi: Semua sifat-sifat ini aku simpan dalam diriku lama juga. Kemudian aku berbicara mengenainya kepada Al-Husain bin Ali, dan aku dapati ianya sudah terlebih dahulu menanyakan pamanku tentang apa yang aku tanyakan itu. Dan dia juga telah menanyakan ayahku (Ali bin Abu Thalib ra.) tentang cara keluar baginda dan masuk baginda, tentang cara duduknya, malah tentang segala sesuatu mengenai Rasulullah SAW itu.

Rumah Nabi
Berkata Al-Hasan ra. lagi: Aku juga pernah menanyakan ayahku tentang masuknya Rasulullah SAW lalu dia menjawab: Masuknya ke dalam rumahnya bila sudah diizinkan khusus baginya, dan apabila baginda berada di dalam rumahnya dibagikan masanya tiga bagian. Satu bagian khusus untuk Allah ta'ala, satu bagian untuk isteri-isterinya, dan satu bagian lagi untuk dirinya sendiri. Kemudian dijadikan bagian untuk dirinya itu terpenuh dengan urusan di antaranya dengan manusia, dihabiskan waktunya itu untuk melayani semua orang yang awam maupun yang khusus, tiada seorang pun dibedakan dari yang lain.
Di antara tabiatnya ketika melayani ummat, baginda selalu memberikan perhatiannya kepada orang-orang yang terutama untuk dididiknya, dilayani mereka menurut kelebihan diri masing-masing dalam agama. Ada yang keperluannya satu ada yang dua, dan ada yang lebih dari itu, maka baginda akan duduk dengan mereka dan melayani semua urusan mereka yang berkaitan dengan diri mereka sendiri dan kepentingan ummat secara umum, coba menunjuki mereka apa yang perlu dan memberitahu mereka apa yang patut dilakukan untuk kepentingan semua orang dengan mengingatkan pula: "Hendaklah siapa yang hadir menyampaikan kepada siapa yang tidak hadir. Jangan lupa menyampaikan kepadaku keperluan orang yang tidak dapat menyampaikannya sendiri, sebab sesiapa yang menyampaikan keperluan orang yang tidak dapat menyampaikan keperluannya sendiri kepada seorang penguasa, niscaya Allah SWT akan menetapkan kedua tumitnya di hari kiamat", tiada disebutkan di situ hanya hal-hal yang seumpama itu saja.
Baginda tidak menerima dari bicara yang lain kecuali sesuatu untuk maslahat ummatnya. Mereka datang kepadanya sebagai orang-orang yang berziarah, namun mereka tiada meninggalkan tempat melainkan dengan berisi. Dalam riwayat lain mereka tiada berpisah melainkan sesudah mengumpul banyak faedah, dan mereka keluar dari majelisnya sebagai orang yang ahli dalam hal-ihwal agamanya.

Luaran Nabi
Berkata Al-Hasan r.a. lagi: Kemudian saya bertanya tentang keadaannya di luar, dan apa yang dibuatnya? Jawabnya: Adalah Rasulullah SAW ketika di luar, senantiasa mengunci lidahnya, kecuali jika memang ada kepentingan untuk ummatnya. Baginda selalu beramah-tamah kepada mereka, dan tidak kasar dalam bicaranya. Baginda senantiasa memuliakan ketua setiap suku dan kaum dan meletakkan masing-masing di tempatnya yang layak. Kadang-kadang baginda mengingatkan orang ramai, tetapi baginda senantiasa menjaga hati mereka agar tidak dinampakkan pada mereka selain mukanya yang manis dan akhlaknya yang mulia. Baginda selalu menanyakan sahabat-sahabatnya bila mereka tidak datang, dan selalu bertanyakan berita orang ramai dan apa yang ditanggunginya. Mana yang baik dipuji dan dianjurkan, dan mana yang buruk dicela dan dicegahkan.
Baginda senantiasa bersikap pertengahan dalam segala perkara, tidak banyak membantah, tidak pernah lalai supaya mereka juga tidak suka lalai atau menyeleweng, semua perkaranya baik dan terjaga, tidak pernah meremehkan atau menyeleweng dari kebenaran, orang-orang yang senantiasa mendampinginya ialah orang-orang paling baik kelakuannya, yang dipandang utama di sampingnya, yang paling banyak dapat memberi nasihat, yang paling tinggi kedudukannya, yang paling bersedia untuk berkorban dan membantu dalam apa keadaan sekalipun.

Majlis Nabi
Berkata Al-Hasan ra. lagi: Saya lalu bertanya pula tentang majelis Nabi SAW dan bagaimana caranya ? Jawabnya: Bahwa Rasulullah SAW tidak duduk dalam sesuatu majelis, atau bangun daripadanya, melainkan baginda berzikir kepada Allah SWT baginda tidak pernah memilih tempat yang tertentu, dan melarang orang meminta ditempatkan di suatu tempat yang tertentu. Apabila baginda sampai kepada sesuatu tempat, di situlah baginda duduk sehingga selesai majelis itu dan baginda menyuruh membuat seperti itu. Bila berhadapan dengan orang ramai diberikan pandangannya kepada semua orang dengan sama rata, sehingga orang-orang yang berada di majelisnya itu merasa tiada seorang pun yang diberikan penghormatan lebih darinya. Bila ada orang yang datang kepadanya kerana sesuatu keperluan, atau sesuatu masliahat, baginda terus melayaninya dengan penuh kesabaran hinggalah orang itu bangun dan kembali.
Baginda tidak pemah menghampakan orang yang meminta daripadanya sesuatu keperluan, jika ada diberikan kepadanya, dan jika tidak ada dijawabnya dengan kata-kata yang tidak mengecewakan hatinya. Budipekertinya sangat baik, dan perilakunya sungguh bijak. Baginda dianggap semua orang seperti ayah, dan mereka dipandang di sisinya semuanya sama dalam hal kebenaran, tidak berat sebelah. Majelisnya semuanya ramah-tamah, segan-silu, sabar menunggu, amanah, tidak pemah terdengar suara yang tinggi, tidak dibuat padanya segala yang dilarangi, tidak disebut yang jijik dan buruk, semua orang sama kecuali dengan kelebihan taqwa, semuanya merendah diri, yang tua dihormati yang muda, dan yang muda dirahmati yang tua, yang perlu selalu diutamakan, yang asing selalu didahulukan.

Berkata Al-Hasan ra. lagi: Saya pun lalu menanyakan tentang kelakuan Rasulullah SAW pada orang-orang yang selalu duduk-duduk bersama-sama dengannya? Jawabnya: Adalah Rasulullah SAW selalu periang orangnya, pekertinya mudah dilayan, seialu berlemah-lembut, tidak keras atau bengis, tidak kasar atau suka berteriak-teriak, kata-katanya tidak kotor, tidak banyak bergurau atau beromong kosong segera melupakan apa yang tiada disukainya, tidak pernah mengecewakan orang yang berharap kepadanya, tidak suka menjadikan orang berputus asa. Sangat jelas dalam perilakunya tiga perkara yang berikut. Baginda tidak suka mencela orang dan memburukkannya. Baginda tidak suka mencari-cari keaiban orang dan tidak berbicara mengenai seseorang kecuali yang mendatangkan faedah dan menghasilkan pahala.
Apabila baginda berbicara, semua orang yang berada dalam majelisnya memperhatikannya dengan tekun seolah-olah burung sedang tertengger di atas kepala mereka. Bila baginda berhenti berbicara, mereka baru mula berbicara, dan bila dia berbicara pula, semua mereka berdiam seribu basa. Mereka tidak pernah bertengkar di hadapannya. Baginda tertawa bila dilihatnya mereka tertawa, dan baginda merasa takjub bila mereka merasa takjub. Baginda selalu bersabar bila didatangi orang badwi yang seringkali bersifat kasar dan suka mendesak ketika meminta sesuatu daripadanya tanpa mahu mengalah atau menunggu, sehingga terkadang para sahabatnya merasa jengkel dan kurang senang, tetapi baginda tetap menyabarkan mereka dengan berkata: "Jika kamu dapati seseorang yang perlu datang, hendaklah kamu menolongnya dan jangan menghardiknya!". Baginda juga tidak mengharapkan pujian daripada siapa yang ditolongnya, dan kalau mereka mau memujinya pun, baginda tidak menggalakkan untuk berbuat begitu. Baginda tidak pernah memotong bicara sesiapa pun sehingga orang itu habis berbicara, lalu barulah baginda berbicara, atau baginda menjauh dari tempat itu.

Diamnya Nabi
Berkata Al-Hasan r.a. lagi: Saya pun menanyakan pula tentang diamnya, bagaimana pula keadaannya? Jawabnya: Diam Rasulullah SAW bergantung kepada mempertimbangkan empat hal, yaitu: Kerana adab sopan santun, kerana berhati-hati, kerana mempertimbangkan sesuatu di antara manusia, dan kerana bertafakkur. Adapun sebab pertimbangannya ialah kerana persamaannya dalam pandangan dan pendengaran di antara manusia. Adapun tentang tafakkurnya ialah pada apa yang kekal dan yang binasa. Dan terkumpul pula dalam peribadinya sifat-sifat kesantunan dan kesabaran. Tidak ada sesuatu yang boleh menyebabkan dia menjadi marah, ataupun menjadikannya membenci. Dan terkumpul dalam peribadinya sifat berhati-hati dalam empat perkara, iaitu: Suka membuat yang baik-baik dan melaksanakannya untuk kepentingan ummat dalam hal-ehwal mereka yang berkaitan dengan dunia mahupun akhirat, agar dapat dicontohi oleh yang lain. Baginda meninggalkan yang buruk, agar dijauhi dan tidak dibuat oleh yang lain. Bersungguh-sungguh mencari jalan yang baik untuk maslahat ummatnya, dan melakukan apa yang dapat mendatangkan manfaat buat ummatnya, baik buat dunia ataupun buat akhirat.

(Nukilan Thabarani - Majma'uz-Zawa'id 8:275)

PENGERTIAN MUBAHALAH oleh Chein Ibnu Ahmad pada 01 Februari 2011 jam 10:34

Mubahalah berasal dari kata bahalahu mubahalatan yaitu seseorang melaknat yang lainnya. Ibtahala Ilallah berarti tunduk kepada Allah. Sedangkan bahalahu bahlan berarti melaknatnya. Diantaranya perkataan Abu Bakar,”Barangsiapa yang memegang perkara manusia sedikit saja lalu dia tidak memberikan kitab Allah kepada mereka maka dia akan mendapatkan laknat Allah.” Sedangkan bahala ba’dhuhum ba’dhon berarti mereka berkumpul.

Jadi mubahalah artinya saling berdoa diantara orang2 yg memiliki perkara satu sama lainnya, dan meminta diturunkan laknat Allah kepada orang yang zhalim diantara mereka. Dan makna didalam istilah syariah tidaklah keluar dari makna bahasa diatas.

Ibnu ‘Abidin mengatakan bahwa mubahalah bermakna mula’anah (saling melaknat) ini disyariatkan pada masa kita. Pada asalnya mubahalah ini terdapat didalam firman Allah :
إِنَّ مَثَلَ عِيسَى عِنْدَ اللَّهِ كَمَثَلِ آدَمَ خَلَقَهُ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ (٥٩)الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلا تَكُنْ مِنَ الْمُمْتَرِينَ (٦٠)فَمَنْ حَاجَّكَ فِيهِ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ فَقُلْ تَعَالَوْا نَدْعُ أَبْنَاءَنَا وَأَبْنَاءَكُمْ وَنِسَاءَنَا وَنِسَاءَكُمْ وَأَنْفُسَنَا وَأَنْفُسَكُمْ ثُمَّ نَبْتَهِلْ فَنَجْعَلْ لَعْنَةَ اللَّهِ عَلَى الْكَاذِبِينَ (٦١)

Artinya : “Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia), Maka jadilah Dia. (apa yang telah Kami ceritakan itu), Itulah yang benar, yang datang dari Tuhanmu, karena itu janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu-ragu. Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), Maka Katakanlah (kepadanya): "Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, isteri-isteri kami dan isteri-isteri kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta.” (QS. Al Imran : 59 – 61)

Ayat ini turun disebabkan adanya utusan dari Najran yang bertemu Nabi SAW dan bertanya kepada beliau SAW tentang Isa. Mereka mengatakan,”Setiap anak Adam memiliki ayah. Bagaimana dengan Isa yang tidak memiliki ayah?

Terdapat riwayat bahwa tatkala Nabi SAW mengajak seorang uskup Najran dan pemimpin Nasrani kepada Islam mereka mengatakan,”Sesungguhnya kami telah muslim sebelum kamu.’ Nabi SAW bersabda,”Kalian bohong. Tiga hal yang menghalangi kalian berdua dari islam : 1. Perkataan kalian : “Allah mengambil seorang anak” 2. Sujud kalian kepada salib. 3. Makanan kalian adalah babi.’

Mereka berkata,”Siapakah ayahnya Isa Al Masih? .. lalu Allah turunkan ayat إِنَّ مَثَلَ عِيسَى عِندَ اللّهِ كَمَثَلِ hingga firman-Nya فَنَجْعَل لَّعْنَةُ اللّهِ عَلَى الْكَاذِبِينَ . Lalu Nabi SAW mengajak mereka untuk bermubahalah. Sebagian mereka mengatakan kepada sebagian lainnya,”Jika kalian melakukan maka bukit ini akan menjadi perapian yang membakar kalian. Maka sesungguhnya Muhammad adalah Nabi yang diutus dan sesungguhnya kalian telah mengetahui bahwa dia (Muhammad) datang kepada kalian dengan sesuatu yang rinci tentang Isa.” Mereka berkata,”Apa yang kamu tawarkan kepada kami selain ini (mubahalah)?’ Beliau SAW menjawab,”masuk islam, jizyah atau perang.” Maka mereka pun menetapkan untuk membayar jizyah lalu kembali ke negeri mereka.. (Al Mausu’ah Al Fiqhiyah juz II hal 13128 – 13129)

Mubahalah dilakukan diantara dua pihak yang berselisih yang masing-masingnya berdoa kepada Allah swt dengan sungguh-sungguh agar Allah menjatuhkan laknat kepada pihak yang zhalim atau berdusta diantara mereka. Umumnya laknat tersebut berupa kematian + penghinaan.

Kalo dilihat kepada sebab turunnya ayat tentang mubahalah diatas bahwa hal itu terjadi antara Rasulullah SAW dengan orang-orang Nasrani dari Najran untuk menghilangkan syubhat yang mereka lontarkan terhadap perkara Nabi Isa as. Untuk itu diperbolehkan bagi seorang muslim melakukan mubahalah terhadap orang-orang kafir sejenisnya. Namun mubahalah ini sebaiknya dilakukan setelah dirinya mengemukakan argumentasi dan bukti yang jelas, menasehati bahkan memberikan peringatan kepadanya, dan bila nasihat itu semua tidak digubris sedikit pun, barulah kita bermubahalah.
Tidak seharusnya seorang muslim buru-buru untuk melakukan mubahalah atau menerima tantangan mubahalah dari sesama saudaranya yang muslim. Dan mubahalah hanya dilakukan sekali saja selama hidup Rasulullah SAW. Ini berarti bahwa mubahalah bukanlah suatu perkara yang mudah atau enteng untuk dilakukan terlebih lagi terhadap saudara seagama

Contoh orang kafir mati karena mubahalah:
Mirza Ghulam Ahmad si pendusta yang mengaku2 Nabi itu mati di WC saat buang air besar. Sebelumnya dia bermubahalah dengan seorang ulama dari Pakistan, Syaikh Tsana’ullah. Mirza Ghulam Ahmad ditantang mubahalah karena Syaikh Tsana’ullah yakin dia cuma nabi palsu. Mirza Ghulam Ahmad mati setelah 3 bulan bermubahalah. Sementara Syaikh Tsana’ullah masih hidup bertahun2 kemudian.

Oleh Ustadz Mohammad Isyak Guridno

MELAKSANAKAN PERINTAH SESUAI KEMAMPUAN oleh Chein Ibnu Ahmad pada 01 Februari 2011 jam 11:02

 

MELAKSANAKAN PERINTAH SESUAI KEMAMPUAN

oleh Chein Ibnu Ahmad pada 01 Februari 2011 jam 11:02
عن أبي هريرة،عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: (دعوني ما تركتكم، إنما أهلك من كان قبلكم سؤالهم واختلافهم على أنبيائهم، فإذا نهيتكم عن شيء فاجتنبوه، وإذا أمرتكم بأمر فأتوا منه ما استطعتم). روه البخاري

Dari Abu Hurairah, 'Abdurrahman bin Shakhr radhiallahu 'anh, ia berkata : Aku mendengar Rasulullah bersabda : "Apa saja yang aku larang kamu melaksanakannya, hendaklah kamu jauhi dan apa saja yang aku perintahkan kepadamu, maka lakukanlah menurut kemampuan kamu. Sesungguhnya kehancuran umat-umat sebelum kamu adalah karena banyak bertanya dan menyalahi nabi-nabi mereka (tidak mau taat dan patuh)"
[Bukhari no. 7288, Muslim no. 1337]

Hadits ini terdapat dalam kitab Muslim dari Abu Hurairah, ia berkata : “Rasulullah berkhutbah dihadapan kami, sabda beliau : Wahai manusia, Allah telah mewajibkan kepada kamu haji, karena itu berhajilah, lalu seseorang bertanya : Wahai Rasulullah… apakah setiap tahun ?, Rasulullah diam, sampai orang itu bertanya tiga kali, lalu

Rasulullah bersabda : Kalau aku katakana “ya” niscaya menjadi wajib dan kamu tidak akan sanggup melakukannya, kemudian beliau bersabda lagi :Biarkanlah aku dengan apa yang aku diamkan, karena kehancuran umat-umat sebelum kamu adalah karena banyak bertanya dan menyalahi nabi-nabi mereka. Maka jika aku perintahkan melakukan sesuatu, kerjakanlah menurut kemampuan kamu, tetapi jika aku melarang kamu melakukan sesuatu, maka tinggalkanlah. Laki-laki yang bertanya kepada Rasulullah adalah Aqra’ bin Habits, demikianlah menurut suatu riwayat.

Para ahli ushul fiqh mempersoalkan perintah dalam agama, apakah perintah itu harus dilakukan berulang-ulang ataukah tidak. Sebagian besar ahli fiqh dan ahli ilmu kalam menyatakan tidak wajib berulang-ulang. Akan tetapi yang lain tidak menyatakan setuju atau menolak, tetapi menunggu penjelasan selanjutnya.

Hadits ini dijadikan dalil bagi mereka yang bersikap menanti (netral), karena sahabat tersebut bertanya “Apakah setiap tahun?” sekiranya perintah itu dengan sendirinya mengharuskan pelaksanaan berulang-ulang atau tidak, tentu Rasulullah tidak menjawab dengan kata-kata “Kalau aku katakan “ya”, niscaya menjadi wajib dan kamu tidak akan sanggup melakukannya” Bahkan tidak ada gunanya hal tersebut ditanyakan.

Akan tetapi secara umum perintah itu mengandung pengertian tidak perlu dilaksanakan berulang-ulang. Kaum muslim sepakat bahwa menurut agama, bahwa haji itu hanya wajib dilakukan satu kali seumur hidup.

Kalimat, “Biarkanlah aku dengan apa yang aku diamkan” secara formal menunjukkan bahwa setiap perintah agama tidaklah wajib dilaksanakan berulang-ulang, kalimat ini juga menunjukkan bahwa pada asalnya tidak ada kewajiban melaksanakan ibadah sampai datang keterangan agama. Hal ini merupakan prinsip yang benar dalam pandangan sebagian besar ahli fiqh.

Kalimat, “Kalau aku katakan “ya” tentu menjadi wajib” menjadi alasan bagi pemahaman para salafush sholih bahwa Rasulullah mempunyai wewenang berijtihad dalam masalah hukum dan tidak diisyaratkan keputusan hukum itu harus dengan wahyu.

Kalimat, “apa saja yang aku perintahkan kepadamu, maka lakukanlah menurut kemampuan kamu” merupakan kalimat yang singkat namun padat dan menjadi salah satu prinsip penting dalam Islam, termasuk dalam prinsip ini adalah masalah-masalah hukum yang tidak terhitung banyaknya, diantaranya adalah sholat, contohnya pada ibadah sholat, bila seseorang tidak mampu melaksanakan sebagian dari rukun atau sebagian dari syaratnya, maka hendaklah ia lakukan apa yang dia mampu.

Begitu pula dalam membayar zakat fitrah untuk orang-orang yang menjadi tanggungannya, bila tidak bisa membayar semuanya, maka hendaklah ia keluarkan semampunya, juga dalam memberantas kemungkaran, jika tidak dapat memberantas semuanya, maka hendaklah ia lakukan semampunya dan masalah-masalah lain yang tidak terbatas banyaknya.

Pembahasan semacam ini telah populer didalam kitab-kitab fiqh. Hadits diatas sejalan dengan firman Allah, QS. At-Taghabun 64:16, “Maka bertaqwalah kepada Allah menurut kemampuan kamu” Adapun firman Allah, QS. Ali ‘Imraan 3:102, “Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan taqwa yang sungguh-sungguh” ada yang berpendapat telah terhapus oleh ayat diatas.

Sebagian ulama berkata : Yang benar ayat tersebut tidak terhapus bahkan menjelaskan dan menafsirkan apa yang dimaksud dengan taqwa yang sungguh-sungguh, yaitu melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan Allah, dan Allah memerintahkan melakukan sesuatu menurut kemampuan, karena Allah berfirman, QS. Al-Baqarah 2:286,

“Allah tidak membebani seseorang diluar kemampuannya” dan firman Allah dalam QS. Al-Hajj 22:78, “Allah tidak membebankan kesulitan kepada kamu dalam menjalankan agama”

Kalimat, “apasaja yang aku larang kamu melaksanakannya, hendaklah kamu jauhi” maka hal ini menunjukkan adanya sifat mutlak, kecuali apabila seseorang mengalami rintangan /udzur dibolehkan melanggarnya, seperti dibolehkan makan bangkai dalam keadaan darurat, dalam keadaan seperti ini perbuatan semacam itu menjadi tidak dilarang.

Akan tetapi dalam keadaan tidak darurat hal tersebut harus dijauhi karena ada larangan. Seseorang tidak dapat dikatakan menjauhi larangan jika hanya menjauhi larangan tersebut dalam selang waktu tertentu saja, berbeda dengan hal melaksanakan perintah, yang mana sekali saja dilaksanakan sudah terpenuhi. Inilah prinsip yang berlaku dalam memahami perintah secara umum, apakah suatu perintah harus segera dilakukan atau boleh ditunda, atau cukup sekali atau berulang kali, maka hadits ini mengandung berbagai macam pembahasan fiqh.

Kalimat, “Sesungguhnya kehancuran umat-umat sebelum kamu adalah karena banyak bertanya dan menyalahi nabi-nabi mereka” disebutkan setelah kalimat, “biarkanlah aku dengan apa yang aku diamkan kepada kamu” maksudnya ialah kamu jangan banyak bertanya sehingga menimbulkan jawaban yang bermacam-macam, menyerupai peristiwa yang terjadi pada bani Israil, tatkala mereka diperintahkan menyembelih seekor sapi yang seandainya mereka mengikuti perintah itu dan segera menyembelih sapi seadanya, niscaya mereka dikatakan telah menaatinya.

Akan tetapi, karena mereka banyak bertanya dan mempersulit diri sendiri, maka mereka akhirnya dipersulit dan dicela. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam khawatir hal semacam ini terjadi pada umatnya.

Wallahu a'lam bisshowab walmusta'an...
Narasumber : Ustadz Slamet (Kang Amet) & Ustadz Ibnu Mas'ud

PUSTAKA PENTING AQIDAH AHLUSSUNNAH WALJAMA'AH oleh Chein Ibnu Ahmad pada 01 Februari 2011 jam 11:16

1. Kitab : "Daf'u Syubah Man Syabbah Wa Tamarrad"
دفع شبه من شبه وتمرد ونسب ذلك إلى الإمام الجليل أحمد
karya Imam Abu Bakr Taqiyyuddin al-Hishni (penulis Kitab Kifayah al-Akhyar). Dari A sampe Z membongkar KEKUFURAN Ibnu Taimiyah; Imam Kaum Wahabi. Jangan anda lewatkan, klik http://wahabiya.net/data/uploads/12821172771.pdf
___________________________________________________
2. Kitab al Baz al Asyhab atau Daf'u Syubah at Tasybih,
دفع شبه التشبيه بأكف التنزيه
karya Imam al Hafizh Ibnul Jawzi. Dari A sampe Z membongkar kesesatan akidah Tasybih [Akidah sesat dan kufur seperti yg diyakini org2 Wahabi sekarang], klik http://abuilizz.tripod.com/albaz.pdf
___________________________________________________
3. Kitab "Bara'ah al Asy'ariyyin Min Aqa'id al Mukhalifin",
براءة الأشعريين من عقائد المخالفين
karya Syekh Abu Hamid ibn Marzuq (Nama lain Syekh Arabi at Tabban). Dari A sampai Z membongkar ajaran sesat IBNU TAIMIYAH dan WAHABIYAH. Untuk download klik nama kitab pada jld 1 kemudian pada jilid 2.. jangan anda lewatkan Kitab Agung Yang Sangat berharga ini.. klik http://bookstor.wordpress.com/2010/04/05/%D9%83%D8%AA%D8%A7%D8%A8-%D8%A8%D8%B1%D8%A7%D8%A1%D8%A9-%D8%A7%D9%84%D8%A3%D8%B4%D8%B9%D8%B1%D9%8A%D9%8A%D9%86-%D9%85%D9%86-%D8%B9%D9%82%D8%A7%D8%A6%D8%AF-%D8%A7%D9%84%D9%85%D8%AE%D8%A7%D9%84%D9%81/
___________________________________________________
4. Kitab "al Maqalat as Sunniyyah Fi Kasyf Zhalalat Ahmad ibn Taimiyah",
المقالات السنية في كشف ضلالات أحمد بن تيمية
karya al Imam al Hafizh Abu Abdirrahman Abdullah bin Muhammad bin Yusuf al Harari. Kitab ini dari depan hingga belakang mengungkap kekufuran Ahmad Ibn Taimiyah; "Imam" kaum Wahabi. Jangan anda lewatkan, klik http://www.nokhbah.net/vb/showthread.php?t=6259
___________________________________________________
5. Kitab "Sharih al Bayan Fi ar Radd ala Man Khalaf al Qur'an"
صريح البيان في الرد على من خالف القرءان
karya al Imam al Hafizh Abu Abdirrahman Abdullah bin Muhammad bin Yusuf al Harari.
jilid 1, klik http://www.scribd.com/doc/3245021/-
Jilid 2 klik http://www.scribd.com/doc/6001134/-
___________________________________________________
6. Kitab "Izhar al Aqidah as Sunniyyah Bi Syarh al 'Aqidah ath Thahawiyyah"
إظهار العقيدة السنية بشرح العقيدة الطحاوية
karya al Imam al Hafizh Abu Abdirrahman Abdullah bin Muhammad bin Yusuf al Harari. klik http://alahbash.net/play-1077.html
____________________________________________________
7. Kitab ttg i; "ALLAH ADA TANPA TEMPAT DAN TANPA ARAH".
كتاب غاية البيان في تنزيه الله عن الجهة و المكان
Klik http://www.nokhbah.net/vb/showthread.php?t=8596
____________________________________________________
8. "KAMUS" berisi nama2 ulama Ahlussunnah Wal Jama'ah yang disesatkan dan dikafirkan oleh "dedengkot" Wahabi; AL-ALBANI.
قاموس شتائم الالباني
Anda akan tahu sejauh mana KESESATAN dan KESOMBONGAN al Albani di sini, silahkan download... baca dan sebarkan!!!!! http://www.soufia.org/vb/showthread.php?t=1994
___________________________________________________
9. Kitab Abu al Fadl as Sayyid al Ghumari dalam bantahan kepada al mutamahdits [orang yg ngaku2 ahli hadits], dedengkot WAHABI; yaitu NASHIRUDDIN AL ALBANI
الرد على الألباني - أبي الفضل الغماري
klik di sini http://www.4shared.com/document/z6Qgw1nt/___-___.html

Dicopas dari Ustadz Dafid Fu'adi